Ditugaskan untuk mendatangi Hwa Ahn Dang, yang dikenal sebagai sebuah rumah dengan sejarah panjang, Hwang Dong-gyu harus menahan kesal karena meski dibantu GPS ia tidak juga berhasil menemukan tempat yang dituju.
Saat sedang mengamati peta, Dong-gyu tidak melihat mobilnya menyenggol sepeda yang dikendarai oleh seorang gadis yang sedang membawa dua ekor belut. Belakangan baru ketahuan, si pengendara adalah Lee Soo-ha yang tidak lain adalah pewaris terakhir Hwa Ahn Dang. Begitu sampai di rumah, gadis itu diberitahu kalau ada pria yang telah menantinya.
Mengira tamu yang dimaksud adalah calon investor yang nantinya bakal menyelamatkan Hwa Ahn Dang, rumah bertiang 99 yang dimasa lalu merupakan ciri kebangsawanan sebuah keluarga, Soo-ha langsung menemui pria itu setelah berdandan rapi. Dasar apes, belakangan ia baru tahu kalau pria itu ternyata berniat membeli Hwa Ahn Dang.
Kekesalan Soo-ha, yang hidupnya masih mengikuti tradisi bangsawan masa lalu (bahkan tidak punya ponsel) semakin komplit setelah tahu kalau Dong-gyu adalah pria yang nyaris mencelakainya saat bersepeda. Meski sempat minta maaf, Dong-gyu akhirnya pergi dengan terburu-buru akbat 'ancaman' salah seorang pelayan So-ha yang telah berusia lanjut.
Kembali dengan tangan hampa, Dong-gyu langsung dimarahi oleh sang kakek Hwa Mang-bok, yang langsung terdiam ketika pemuda itu menanyakan alasan dibalik kengototannya memberi Hwa Ahn Dang. Sementara itu di tempat yang sedang diincar, So-ha mendapat telepon dari seorang tetua klan keluarganya untuk datang ke Seoul.
Lewat sebuah insiden kecil di stasiun bis, dimana Soo-ha bertemu dan akhirnya tahu identitas Dong-gyu, gadis itu berkenalan dengan Oh Jeon-sook yang menjadi rekan seperjalanannya. Menurut rencana setelah tiba di kota, gadis itu bakal dijemput oleh sudara tirinya Lee Jun-yeong.
Siapa sangka, Jun-young sibuk sehingga mengutus salah seorang sahabatnya yang juga playboy Hwang Chang-min. Kembali ke keluarga yang telah lama ditinggalkan, kehadiran Soo-ha disambut hangat oleh ibu tirinya namun tidak demikian dengan Jun-hee sang adik tiri.
Petaka bagi Soo-ha terjadi saat ia datang ke lokasi acara perayaan dimana ia diminta untuk memainkan kesenian tradisional. Muncul dengan hanbok, gadis malang itu tidak tahu kalau acara yang dimaksud telah dibatalkan. Rupanya, Jun-hee yang sempat ditelepon tidak meneruskan informasi tersebut pada Soo-ha.
Kekacauan semakin lengkap ketika Soo-ha marah-marah akibat sikap Chang-min, yang kebetulan bertemu di lokasi dan memperlihatkan sikap mesra, dan tanpa sengaja membuang dompetnya. Saat tiba kembali di rumahnya, gadis itu mendapati kediamannya dalam keadaan kosong dan sambil menunggu penghuninya kembali, melakukan sejumlah ritual unik.
Menunggu sampai malam, akhirnya Soo-ha bisa masuk setelah Jun-hee pulang. Jengkel dengan sikap sang adik tiri yang terus-menerus iri, gadis itu menyebut bahwa bukan tidak mungkin ia akan terus tinggal disana mengingat mereka mempunyai ayah yang sama.
Keesokan harinya, Soo-ha kembali ke hotel untuk mencari dompetnya yang tertinggal. Sudah mengambil ancang-ancang bakal berterima kasih pada si penolong, gadis itu langsung jengkel saat tahu pria yang menemukan dompetnya adalah Dong-gyu. Bisa ditebak, keduanya kembali terlibat adu mulut (yang kali ini terjadi di kedai kopi hotel).
Saturday, December 26, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment