Yang membuat Mong-ryong kesal, Chun-hyang sama sekali tidak mengingat kejadian itu keesokan paginya. Ia bahkan sempat menanyakan masalah itu pada Hak-do saat bertemu. Melihat keakraban keduanya, Mong-ryong menunduk sedih dan beringsut pergi.
Sempat menggunakan jasa dukun untuk mencari sang putra, ibu Mong-ryong baru tahu anaknya tinggal di rumah Chun-hyang dari Chae-rin. Dasar apes, meski sudah berurai air mata ia gagal membujuk suaminya supaya Mong-ryong bisa kembali kerumah. Disantroni oleh sang 'ibu mertua', Chun-hyang yang merasa tidak enak 'meminta' mantan calon suaminya itu untuk kembali kerumah.
Tidak tega melihat Chun-hyang hidup susah, ayah Mong-ryong menyerahkan uang yang diaku sebagai uang yang sempat diambil dari gadis itu. Saat mengunjungi toko baru itu, pria setengah baya yang melihat kehadiran anaknya 'berpesan' supaya Mong-ryong bisa membawa Chun-hyang bila pulang nanti.
Meski kemarahannya nampak reda, rupanya ayah Mong-ryong masih penasaran dengan nasib pedang kesayangannya. Setelah mencari kesana-kemari, ia nyaris pingsan saat tahu pedang itu telah dijual ke Jerman, kejengkelannya terhadap sang putra timbul lagi.
Bersama Hak-do, Chae-rin mulai bersiasat untuk memisahkan Chun-hyang dan Mong-ryong. Langkah pertama adalah mengajak rivalnya itu bekerja sama. Tidak sadar dirinya dijebak, Chun-hyang mengiyakan tawaran itu.
Dijebak saat makan bersama, Chae-rin memberitahu Chun-hyang asal-usul uang yang didapatnya dan masalah Mong-ryong yang tetap bersamanya karena kasihan belaka. Saat pemuda itu muncul, semua penjelasan (termasuk ungkapan cinta) sudah tidak ada artinya lagi, Chun-hyang pergi dengan hati hancur.
Thursday, December 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment