Friday, June 18, 2010

Mr.Goodbye (Episode 12)

Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 12

Hyun Suh menarik kopernya dan berjalan ragu. Mendadak ia berhenti berjalan.

Seorang pria tidak sengaja menyenggol dan menjatuhkan kopernya. "Maafkan aku." kata pria itu seraya membantu Hyun Suh mengambil koper. "Aku tidak melihatmu. Maaf. Maafkan aku."

Hyun Suh hanya berdiri diam, teringat percakapan terakhirnya dengan dokter. Ia ragu. Cukup siapkah ia meninggalkan segalanya untuk mati?

Young In duduk di bus. "Satu minggu seperti satu tahun." gumamnya sedih. Ia menggunakan headset dan duduk diam, tidak melihat ketika Hyun Suh berjalan membawa kopernya keluar dari bandara.

Hyun Suh naik sebuah taksi. Ketika sedang lampu merah, bus Young In dan taksinya bersebelahan. Hyun Suh mendongak dan melihat Young In, namun Young In tidak melihatnya.

Young In melakukan aktivitasnya seperti biasa. Bekerja di hotel dan makan mie sendirian di supermarket. Kali ini, ia menuruti Hyun Suh dengan memberi air panas sampai batas dan menunggu 4 menit sampai mie benar-benar matang.

Setelah selesai makan, Young In keluar. Saat itu hujan, tapi ia tidak membawa payung. Ia terpaksa berlari di tengah hujan dan berhenti di pinggir jalan untuk menyeberang.

Tiba-tiba, dia sudah tidak kehujanan lagi. Young In bingung.

"Kenapa kau berdiri ditengah hujan?" terdengar suara Hyun Suh.

Young In menoleh.

"Kau bilang punya banyak payung di rumah." kata Hyun Suh. "Aku tidak mengizinkanmu berteduh di payung laki-laki lain, tapi apa aku pernah melarangmu membeli payung?"

Young In melamun. Ternyata itu hanya imajinasinya. Yang memayunginya bukan Hyun Suh, melainkan Kyle.

Young In terdiam sedih.

Ketika sedang bekerja, Young In mendapat telepon dari seorang tamu. Ia kemudian menuju ke elevator untuk pergi ke kamar tersebut untuk membantu.

Pintu elevator terbuka. Hyun Suh ada di sana.

Young In melongo.

"Naik." kata Hyun Suh.

Young In naik ke elevator itu. Sampai keluar lagi dari elevator, dia hanya diam, masih melongo.

Lagi-lagi itu hanya imajinasi. Young In benar-benar merindukan Hyun Suh dan merasa kesepian.

Young In berdiri diam di depan elevator. Resepsionis dan Kyle melihatnya.

"Kapan Direktur kembali?" tanya resepsionis pada Kyle. "Di Las Vegas, apa Nikko hotel sudah jatuh? Dia sudah pergi selama satu bulan, tapi tidak ada kabar apapun."

Kyle hanya diam.

Ketika Young In meregangkan otot di atap gedung, lagi-lagi imajinasi Hyun Suh muncul. Young In tidak memedulikannya. "Jika kau benar-benar kembali, kau akan mati di tanganku!"

Young In berkunjung ke apartemen Hyun Suh untuk bersih-bersih. Kamar itu benar-benar kotor dan berantakan. Ada satu kamar yang terkunci, tapi Young In tidak terlalu memedulikan. Mungkin Hyun Suh menguncinya sebelum pergi.

Young In berbaring dilantai sebentar, kemudian bangkit dan menangis. "Cepat kembali." tangisnya. "Cepat kembali." Ia merasa kesal dan menendang handuk-handuk yang ditumpuknya.

Setelah selesai, Young In pulang. Tapi sebelum pulang, ia sengaja tidak mematikan lampu. "Aku membiarkan lampu menyala, jadi cepat pulang." katanya seorang diri, kemudian pergi.

Tidak lama setelah Young In pulang, seorang pria keluar dari kamar yang terkunci. Hyun Suh, dengan keadaan berantakan, lengan bekas tusukan jarum dan dada dibalut perban setelah operasi. Ia membuka tirai jendela dan melihat Young In pergi dari atas.

Melihat Young In, membuatnya sangat ingin menemui gadis itu. Hyun Suh bertekad mengejar Young In.

Dengan langkah gontai, Hyun Suh menuju ke elevator dan menekan tombol. Namun elevator masih berada di lantai 1. Ia kemudian berjalan menuju tangga darurat dan berusaha menuruninya dengan cepat.

Akhirnya Hyun Suh tiba dibawah dengan terengah-engah. Young In masih berada di sekitar sana. Hyun Suh hanya berdiri diam, sudah cukup dengan melihat Young In sedikit lebih dekat.

Hyun Suh kembali ke kamarnya menaiki elevator.

"Mulanya, kau akan mulai mendengar suara tik tok." Hyun Suh teringat dokter berkata. "Seperti suara jam berdetak. Dengan kata lain, jantungmu akan seperti bom aktif. Walaupun kau sudah menggunakan alat untuk menggantikan kerja jantungmu, tapi kau harus siap secara mental. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan transplantasi jantung. Semuanya tergantung pada kehendak Tuhan."

Young In berjalan pulang dan melihat Kyle sedang menunggunya.

"Ayo kita menunggu bersama." kata Kyle. "Kau menunggu Direktur dan aku akan menunggumu. Ayo kita berusaha keras."

"Kepala pengawas..."

"Dia pasti akan kembali." kata Kyle, meyakinkan. "Dibandingkan kau, aku lebih lama mengenal Direktur."

Bukan hanya Young In, Yoon juga sangat merindukan Hyun Suh. Berulang kali ia mencoba menghubungi Hyun Suh dengan ponsel ibunya.

"Sudah kubilang itu tidak berguna." kata Soo Jin.

"Kapan paman kembali dari Amerika?" rengek Yoon.

Malam itu, Hyun Suh berbaring diam di tengah kegelapan kamarnya. Ia berpikir.

Keesokkan harinya, Hyun Suh membersihkan diri dan memutuskan untuk kembali ke hotel.

Young In sangat terkejut melihat Hyun Suh.

"Apa kau sibuk?" tanya Hyun Suh pada Young In.

"Ti... tidak..." jawab Young In.

"Ayo kita makan malam, setelah kau selesai bekerja."

"Makan malam?" tanya Young In, senang dan kesal sekaligus. "Aku tidak bisa menunggu sampai makan malam. Kita makan siang bersama. Tidak. Kita makan sekarang."

"Makan malam." kata Hyun Suh tegas.

Para pejabat tinggi hotel terkejut dan tidak kelihatan senang melihat Hyun Suh kembali ke hotel.

Kyle mengirim sms pada Hyun Suh. "Aku ingin bicara jika sekretarismu tidak ada." katanya.

Hyun Suh kemudian menyuruh sekretarisnya pergi.

Kyle masuk ke ruangan Hyun Suh. "Bisakah kau mengenali informasi yang kau berikan pada club?" tanyanya seraya mengeluarkan dua buah dokumen.

Kyle menceritakan pada Hyun Suh bahwa semenjak 1 bulan Hyun Suh tidak masuk, Manajer Umum semakin ambisius.

"Aku tahu kau tidak kembali ke Nikko Hotel." kata Kyle. "Apa itu artinya kau menolak tawaran menjadi Presiden?"

"Aku ingin pergi ke Nikko." jawab Hyun Suh.

"Tidak ada dokumen mengenai kepergianmu dari negara ini." kata Kyle.

Setelah melihat Sekretaris Hyun Suh pergi, Young In diam-diam berjalan menuju ruangan Hyun Suh.

Baru saja Young in tiba, Kyle membuka pintu keluar.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Kyle.

"Direktur memanggilku." kata Young In, berbohong.

Hyun Suh keluar.

"Apa kau mencariku, Direktur?" tanya Young In.

"Aku tidak mencarimu." jawab Hyun Suh dingin. "Kalian berdua, kembali bekerja."

Hyun Suh berjalan pergi, namun kembali lagi dan mengajak Young In bicara.

"Berikan kunci apartemenku." kata Hyun Suh dingin.

"Aku tidak membawanya." kata Young In.

"Kembalikan padaku secepat mungkin." kata Hyun Suh. "Aku ingin menjualnya. Aku tidak hanya memberimu waktu satu minggu, melainkan satu bulan untuk berpikir. Seharusnya kau sudah memutuskan. Apa kau akan pergi ke Nikko?"

"Ya." jawab Young In.

"Tapi aku tidak butuh lagi." kata Hyun Suh.

"Kenapa?" tanya Young In. "Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?"

"Aku bosan." kata Hyun Suh. "Kau, hotel ini, Seoul. Aku muak pada Seoul. Aku muak berada disini. Aku muak..."

Hyun Suh meninggalkan Young In yang shock berat.

Young In menatap kunci apartemen dengan marah. "Siapa yang memberinya dan siapa yang memintanya kembali?" gumamnya kesal. "Ini milikku!"

Setelah selesai latihan bela diri, Yoon menelepon Hyun Suh dengan telepon umum.

"Halo?"

Yoon senang mendengar suara Hyun Suh. "Paman? Kau sibuk?" tanyanya. "Kau sibuk berayun di gedung? Apa kau ada di Amerika?"

"Tidak."

Hyun Suh mengajak Yoon makan di restoran ayam cepat saji.

"Paman, jangan membuatku cemas." kata Yoon di perjalanan pulang. "Ayam-ayamku pergi. Paman juga pergi. Apa ayam-ayamku baik-baik saja? Kenapa kalau kita mati, badan kita dingin? Kenapa kalau kita mati, badan kita keras? Paman, jangan mati. Aku juga tidak akan mati."

Hyun Suh mengangguk. "Kita jalani hidup yang panjang."

Hyun Suh kembali ke rumah. Young In sudah menunggu disana.

"Keluar." kata Hyun Suh dingin.

"Aku tidak mau menyerah hanya karena kau muak padaku." kata Young In.

"Terserah."

"Dari awal kau tahu bahwa Young In membosankan." kata Young In. "Walaupun begitu, aku tidak pernah menutup hatiku yang sulit terbuka. Walaupun begitu, aku selalu menepati janji yang kubuat."

"Kau bangga menjadi orang membosankan?"

"Sebelum aku menepati janji, aku tidak akan pergi." kata Young In. Janjinya adalah memeluk Hyun Suh.

Young In memeluk Hyun Suh dan menangis. "Aku menunggumu sangat lama di rumah ini." katanya. "Berhentilah menjadi Yoon Hyun Suh Las Vegas."

Hyun Suh melepas pelukan Young In. "Tinggalkan kunci dan pergi."

Young In marah. Ia meninggalkan kunci di rak dan pura-pura pergi.

Hyun Suh keluar.

"Kenapa kau?" seru Young In. "Kau salah makan? Kenapa kau kembali seperti orang lain?!"

Tanpa mengatakan apa-apa, Hyun Suh mengambil kunci Young In dan beranjak masuk lagi ke dalam kamar.

"Aku makin mencintaimu. Apakah putar balik begitu pendek bagimu?!" teriak Young In. "Aku selalu memberi obat pada lukaku! Jadi aku memperingatkanmu! Aku tidak akan pernah menyerah! Aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

Young In keluar sambil membanting pintu.

Ketika Mi Hee berjalan pulang dari belanja, ia melihat Young Kyu sedang mabuk-mabukan sendirian di kedai pinggir jalan. Mulanya Mi Hee mengacuhkan Young Kyu, namun akhirnya ia berakhir dengan duduk menemani Young Kyu.

Mi Hee ikut masuk sampai larut malam.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Young Kyu, akhirnya tersadar.

Mi Hee sangat mabuk dan tergeletak tidak sadar.

"Paman, darimana wanita ini datang?" tanya Young Kyu pada pemilik kedai.

"Akhirnya kau bangun." kata pemilik kedai. "Kau harus berterima kasih pada tetanggamu. Ketika kau tidur, ia membayar uang minum dan memukuli nyamuk yang mendekatimu. Kelihatannya dia mabuk. Kini giliranmu membantunya."

Young In berjalan pulang. Ia terkejut melihat Young Kyu sedang menggendong Mi Hee. Ia mengejar mereka dan membantu Young Kyu membawakan barang-barang Mi Hee.

"Kenapa kalian berdua seperti ini?" tanyanya. "Tidakkah kau tahu bahwa ibu tidak bisa minum?"

"Aku tidak membuatnya minum." kata Young Kyu. "Ketika aku bangun setelah mabuk, dia tidur disampingku."

"Kalian tidur? Kalian berdua tidur bersama?"

"Bukan!" seru Young Kyu. "Di kedai disana!"

"Kau ingin aku memanggil Jae Dong?"

"Jangan." larang Young Kyu. "Dia sedang belajar."

Hyun Suh menemui Soo Jin di rumah sakit. Soo Jin berlari senang, tapi ketika mendekati Hyun Suh, ia mencoba tenang dan tidak memperlihatkannya.

"Kupikir kau tidak kembali ke Seoul karena aku. Aku sangat sedih." kata Soo Jin.

"Soo Jin, akhir-akhir ini aku mendengar suara di jantungku." kata Hyun Suh.

Soo Jin menjadi cemas. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya.

"Mengenai Yoon... Apa kau ingin mengatakan padanya bahwa aku ayahnya?" tanya Hyun Suh. "Tolong jangan katakan padanya sampai akhir. Sampai aku mati, jangan katakan pada Yoon bahwa aku ayahnya."

Hyun Suh pergi ke sebuah toko makanan kecil. Seorang wanita yang berjualan disana.

Hyun Suh menatap wanita itu dengan sedih. Ia adalah ibu Hyun Suh.

Young In menatap ponselnya dan menimbang-nimbang. Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Hyun Suh. Tidak peduli pendapat Hyun Suh, Young In memaksa ingin bertemu.

"Apa yang kau lakukan selama sebulan?" tanya Young In, ketika ia dan Hyun Suh sudah berada di supermarket. "Apa jarimu patah? Kenapa kau terlambat? Kenapa kau tidak datang? Kenapa kau tidak menelepon? Kau tahu aku sangat khawatir?!"

"Aku melakukan sesuatu. Kau akan lebih khawatir jika tahu."

"Apa?"

Hyun Suh diam.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Young In. "Aku hampir mati karena mencemaskanmu. Aku tidak tahu apa yang kau lakukan di Amerika, tapi karena kau, kupikir aku akan mati. Kau dengar, tidak?!"

Hyun Suh terdiam sejenak. "Kebalikannya denganku." katanya sedih. "Karena kau, aku ingin hidup."

"Apa sebenarnya yang kau lakukan selama sebulan?!"

"Aku hanya memikirkanmu." jawab Hyun Suh datar.

"Aku juga hanya memikirkanmu!" kata Young In.

"Kenapa kau marah?" tanya Hyun Suh. "Akhirnya aku berkata jujur, bukan?"

"Kau memikirkan aku, tapi kenapa tidak pernah meneleponku?" tanya Young In. Ia terus-menerus memojokkan Hyun Suh agar bercerita.

Hyun Suh tertawa mendengar celotehan Young In. "Hentikan." katanya. "Jika tertawa, aku akan merasa sakit."

"Apa masalahnya?" tanya Young In seraya memukul dada Hyun Suh. "Apakah masalah besar jika dadamu sakit karena tertawa? Apa aku lucu?"

Hyun Suh mengangguk. "Ya, kau lucu." jawabnya. "Sejujurnya, aku ingin bersikap dingin padamu, tapi sepertinya gagal. Aku berada dalam masalah. Mulai sekarang, apa yang kau inginkan dariku?"

"Kau aneh." kata Young In, beranjak keluar terlebih dulu.

Hyun Suh memandang Young In dengan mata berkaca-kaca.

Lagi-lagi, Hyun Suh mengajak Young In ke tukang ramal.

Young In memberikan tanggal ulang tahunnya. "Apakah kami akan menikah?" tanyanya. "Kami akan punya berapa anak? Apa kau bisa membaca garis tangan juga?"

Peramal itu menghitung hari ulang tahun Hyun Suh dan Young In.

"Kakek, kapan aku akan mati?" tanya Hyun Suh.

"Kenapa menanyakan hal itu?" tanya Young In.

Kakek peramal diam.

"Aku ingin mati dengan bahagia bersama gadis ini." kata Hyun Suh. "Apa itu mungkin?"

"Kenapa kau bertanya begitu?" tanya Young In lagi. "Kenapa kau tidak bertanya, bisakah aku hidup bahagia dengan gadis ini?"

"Sama saja." kata Hyun Suh. Ia memberikan kunci apartemennya lagi pada Young In.

"Aku tidak akan pernah mengembalikan kunci ini padamu!" kata Young In.

Hyun Suh tersenyum. "Aku ingin hidup bahagia bersamamu sampai aku mati." ujarnya.

"Benarkah?"

"Ya." jawab Hyun Suh, tersenyum.

Bersambung

0 comments: