Monday, June 27, 2011

Sinopsis Paradise Ranch Episode 14

PARADISE RANCH
EPISODE 14

Da Ji terkejut melihat kedatangan Ayahnya. Ayah Da Ji bertanya, “Mengapa dia bisa berada disini?” Da Ji bingung menjawabnya. Ayah Da Ji pun langsung marah pada Da Ji yang tidak menjawab pertanyaannya, “Aku bertanya padamu! Mengapa dia bisa berada disini?” Dong Joo berusaha menjelaskannya pada Ayah Da Ji namun Ayah Da Ji tidak mempedulikannya dan langsung menarik Da Ji masuk kedalam rumah.


Kini Da Ji duduk bersama dengan Da Eun menghadap Ayahnya. Dan Da Ji memberikan surat perjanjiannya dengan Dong Joo pada Ayahnya. Ayah Da Ji membaca surat perjanjian itu dan dia bertanya, “Jadi, jika kau mendapatkan semua surat persetujuan masyarakat maka kau bisa menyelamatkan peternakan ini? Dan bukan itu saja… Kalian harus tinggal di satu rumah ini?” Da Ji menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan Ayah Da Ji. Da Eun berusaha membela Da Ji dengan berkata, “Peternakan ini tidak diberikan pada kita secara gratis. Dia setuju menjual peternakan pada kita dengan harga murah. Dan lagi dia tinggal disini tidak gratis. Dia membayar biaya kamar dan juga biaya makan.” Ayah Da Ji menatap Da Eun dan berkata, “Da Eun! Kau masuklah kedalam kamarmu sekarang!” Da Eun tidak ada pilihan lain dan dia pun pergi ke kamarnya.

Ayah Da Ji kemudian bertanya, “Jadi koper yang aku lihat itu adalah koper miliknya?” Da Ji menganggukan kepala dan meminta maaf. Ayah Da Ji bertanya, “Apakah Seo Yun Ho juga mengetahui hal ini?” Da Ji menjawab, “Sebenarnya, Aku dan dia sudah berpisah. Namun kami berpisah bukan karena Dong Joo.” Ayah Da Ji kembali marah pada Da Ji, “Beberapa tahun yang lalu, apa kau ingat seberapa hancurnya hatimu saat berpisah dengan Dong Joo? Mengapa kau bertemu kembali dengannya?” Da Ji menjawab, “Dong Joo juga sudah memiliki kekasih lain. Ayah… Maaf aku berbohong padamu. Namun Dong Joo membantu banyak.”

Ayah Da Ji merobek surat perjanjian Da Ji dan Dong Joo, “Aku benar-benar tidak menyangka kau melakukan hal ini untuk menyelesaikan masalah. Aku sekarang benar-benar marah padamu! Sangat sulit untuk duduk diam dan menyaksikan tingkahmu yang seperti ini!” Ayah Da Ji pergi dan membuat Da Ji ingin menangis.


Dong Joo masih berdiri di luar rumah Da Ji. Pada saat Ayah Da Ji keluar rumah, dengan segera Dong Joo menghampirinya. Dong Joo mengejar Ayah Da Ji dan mencoba menjelaskannya, “Ayah, Saat semua ini selesai, aku ingin menjelaskannya padamu.” Ayah Da Ji menatap Dong Joo tajam dan berkata, “Aku bukan Ayahmu dan aku tidak ingin mendnegar apapun darimu! Jadi jangan datang lagi kemari! Tinggalkan Da Ji dan jangan pernah muncul di hadapan Da Ji lagi!” Ayah Da Ji pun pergi meninggalkan Dong Joo yang masih terkejut.


Yun Ho pulang ke kamarnya dengan lesu karena tadi siang dia melihat Da Ji yang memeluk Dong Joo dengan gembira di peternakan. Yun Ho berjalan ke kamarnya dan terkejut saat Mil Hye mengeluarkan beberapa kemeja dari lemarinya. Mil Hye berkata, “Kau sudah kembali? Aku sedang mengatur lemarimu dan membuang beberapa kemeja yang tidak cocok untukmu. Dasi-mu pun harus diganti menjadi warna yang lebih cerah.” Yun Ho melihat kemeja pemberian dari Da Ji dan dia kemudian berkata pada Mil Hye, “Kau tidak perlu melakukannya. Aku sendiri yang akan merapihkannya.”

Mil Hye terus mengeluarkan kemeja Yun Ho dari lemari dan dia menemukan sebuah kemeja berwarna merah, “Kemeja ini… Bukankah ini kemeja yang kau kenakan saat kita pertama kali bertemu?” Yun Ho terlihat mulai kesal dan meminta Mil Hye tidak perlu merapihkan lemarinya namun Mil Hye tidak mendengarkannya, “Aku senang merapihkannya seperti ini. Ini mengingatkanku pada saat kita baru menikah. Ah kemeja ini terlalu gelap, tidak cocok untukmu.” Yun Ho pun akhirnya membentak Mil Hye dan membuat Mil Hye terkejut, “Aku katakana berhentilah! Kau dengan mudahnya membuangnya hanya karena kau merasa itu tidak cocok untukku? Aku sudah katakan bahwa aku yang akan mengaturnya sendiri!” Mil Hye benar-benar terkejut mendengar bentakan itu, “Aku hanya membantumu, mengapa kau sangat marah?” Yun Ho sadar bahwa dia sudah keterlaluan dan dia pun kemudian meminta maaf pada Mil Hye. Mil Hye yang kesal di bentak pun langsung pergi meninggalkan kamar Yun Ho.


Jin Young datang ke kantor Ayahnya dan langsung menanyakan perihal pertemuan Ayahnya dengan Dong Joo, “Mengapa kau menemuinya?” Ayahnya menjawab, “Huh kau terlihat sedikit berbeda. Mengapa kau kembali?” Jin Young menjawab, “Kau sudah tau bahwa kau tidak akan mendengarkan kata-katamu jadi menyerahlah.” Ayah Jin Young berkata, “Pria itu arrogant. Aku sudah memutuskan untuk menunggu sesaat sebelum kita mendiskusikannya kembali. Kau pulanglah ke rumah. Aku sudah menunggumu untuk kembali dan mengatakan sesuatu.” Jin Young bertanya ketus, “Kau setuju Dong Joo untuk membuatku menyerah dan kembali bekerja disini?” Ayah Jin Young menjawab, “Itu intinya. Kini giliranmu lah yang memutuskannya.”



Dong Joo berada di ruangannya dan dia terlihat ragu untuk menelfon seseorang. (Entah dia mau nelfon Da Ji atau Jin Young.)


Da Ji keluar kamarnya dan dia melihat Ayahnya yang sedang minum soju. Melihat hal itu Da Ji merasa sedih.


Yun Ho berusaha menghilangkan kekecewaannya pada Da Ji dengan berolahraga di pagi hari.


Saat kembali ke kamarnya, Yun Ho melihat Mil Hye sedang merapihkan lemarinya. Mil Hye tersenyum dan berkata, “Kita berpisah terlalu lama… Kau adalah tipe orang yang tidak membuang barang lama. Aku lupa akan hal itu.” Yun Ho juga berkata, “Kemarin aku terlalu sensitive. Maaf.” Mil Hye lagi-lagi tersenyum, “Saat kita memutuskan untuk memulainya kembali, kita berdua tau bahwa itu bukanlah hal yang mudah. Bukankah kau bilang bahwa kita harus berusaha keras mencoba ini semua dari awal?” Yun Ho tersenyum melihat perubahan Mil Hye.


Da Ji sedang bekerja di peternakan dan Dong Joo menghampirinya, “Apakah kau masih bisa bekerja dalam keadaan seperti ini?” Da Ji menjawab, “Aku harus mengerjakan apa yang harus aku kerjakan. Lalu apakah aku harus bermain-main?” Dong Joo bertanya, “Dia(Ayah Da Ji) pasti sangat marah, benar kan?” Da Ji menganggukan kepalanya, “Tentu saja. Aku tidak menceritakan masalah peternakan padanya dan juga tentang kau tinggal di rumah kami. Aku pantas dimarahi. Dan lagi… Kau sebaiknya mengepak barang-barangmu.” Da Ji menjawab, “Baiklah. Dan masalah peternakan… Aku akan menemuinya dan menjelaskan detailnya.” Da Ji berkata, “Lupakan hal itu. Sekarang ini, dia sedang marah padaku. Jadi apapun yang kau katakana itu tidak akan berarti.”

Da Ji mengangkat beberapa peralatan berkuda dan berkata, “Ah ya Ahjumma mengatakan padaku bahwa dia akan memberikan surat persetujuan masyarakat hari ini.” Dong Joo justru marah pada Da Ji, “Bagaimana bisa kau masih memikirkan hal itu dalam kondisi seperti ini hah?”


Dong Joo melihat Da Ji membawa alat berat dan dia pun segera membantunya, “Sini biar aku membantumu.” Pada saat itu Jin Young datang dan melihat hal itu. Dong Joo terkejut melihat kedatangan Jin Young. Jin Young tersenyum miris dan berkata, “Di depan kekasihmu kau terlihat sangat perhatian pada mantan istrimu… Harusnya aku marah kan? Sudah lama tidak bertemu…” Da Ji terlihat bersalah di hadapan Jin Young. Jin Young kemudian berkata pada Dong Joo, “Kau kemari untuk bertemu denganku? Masuklah ke dalam resort.” Jin Young pergi terlebih dahulu dan kemudian Da Ji bilang pada Dong Joo agar pergi mengejar Jin Young.


Jin Young dan Dong Joo pun duduk bersama. Jin Young bertanya, “Mengapa kau tidak mengatakan padaku bahwa kau bertemu dengan Ayahku?” Dong Joo terkejut mendengarnya, “Dari mana kau tau? Apakah kau bertemu dengannya?” Jin Young tersenyum cerah, “Sepertinya Ayahku sangat menyukai dirimu, aku merasa senang.” Dong Joo bingung mendengarnya karena yang dia tau itu Ayah Jin Young justru memintanya agar menjauhi Jin Young. Jin Young kemudian berkata, “Setelah mengumpulkan seluruh surat persetujuan masyarakat, maka kau tidak perlu bekerja di kantor Jeju ini lagi kan? Bagaimana caranya mendapatkan surat persetujuan masyarakat itu? Aku akan membantumu.” Dong Joo menjawab, “Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku sudah mengumpulkan cukup banyak.” Jin Young tersenyum mendengarnya.

Jin Young berkata, “Dong Joo, kita harus menyelesaikan urusan disini secepatnya yang kita bisa dan kembali ke Seoul bersama. Setelah kembali ke Seoul maka kita harus memiliki kencan yang indah.” Dong Joo hanya tersenyum mendengarnya.


Mil Hye berjalan keluar kamar sambil membawa keranjang makanan. Mil Hye berkomentar saat melihat keranjang makanan itu, “Ini benar-benar bukan gaya Mil Hye…”


Yun Ho sedang berada di ruangannya dan dia sedang melihat Video Paulist. Asisten Baek datang dan bertanya, “Apakah itu video Paulist? Kau masih belum menyerah juga? Jika ada yang membingungkan, aku siap membantumu.” Yun Ho tersenyum, “Hmm dia(Da Ji) pasti baru selesai bekerja di pantai sekarang ini. Hubungan hanya 2 bulan ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang sulit di lepaskan. Jam 7 dia akan berada I peternakan resort. Dan pada jam sehini dia berada di peternakan. Lalu Restaurant beer itu akan tutup jam 12 malam. Bukan kah ini lucu? Ini baru 2 bulan dan aku sudah mengingatnya semua?” Dan ternyata Mil Hye mendengar semua itu.


Ayah Da Ji berada di peternakan dan dia sedang bekerja membenahi pembatas peternakan. Ahjumma berusaha untuk menenangkan Ayah Da Ji namun Ayah Da Ji sama skeali tidak mau mendengarkannya, “Oppa, kau sudah bekerja sejak tadi. Kau beristirahatlah. Jika kau memaksakan diri maka kau bisa pingsan. Aku tidak mengatakan hal ini padamu karena Da Ji memintaku untuk menjaga rahasia. Kau janganlah terlalu mengekang Da Ji. Ini pasti masa yang sulit juga untuk Da Ji. Da Ji bahkan bekerja sangat keras.” Ayah Da Ji tetap tidak mendengarkan ucapan Ahjumma.


Mil Hye berada di bar dengan sedang minum sendirian. Seorang pria duduk si samping Mil Hye dan berusaha merayunya, “Bir ini mengatakan bahwa rasanya akan lebih baik jika dua orang meminumnya bersama. Bagaimana? Kau ingin minum bersamaku? Aku juga sendirian.” Mil Hye menatap pria itu dan bertanya, “Apakah kau single?” Pria itu menjawab, “Ya.” Mil Hye kembali tersenyum, “Bagaimana ini? Aku memiliki suami. Aku adalah wanita yang sudah menikah. Ah walaupun aku secara resmi sudah menikah dengannya, di dalam hati suamiku hanya ada seorang perempuan yang sulit dia lupakan. Aku bukan siapa-siapa… Aku hanya seorang istri di atas kertas saja.” Pria itu kesal dan pergi begitu saja.


Mil Hye mengambil HPnya dan kemudian dia menelfon Yun Ho, “Ini aku. Aku tidak bisa menjadi istrimu…” Yun Ho terkejut mendengarnya, “Apakah kau sedang mabuk?” Mil Hye justru mulai ngelantur omongannya, “Seo Yun Ho snagat menyedihkan… Ji Mil Hye juga menyedihkan. Gadis itu(Da Ji) juga menyedihkan.” Yun Ho bertanya, “Dimana kau sekarang? Aku akan menjemputmu.” Mil Hye menjawab, “Pergilah ke restaurant beer tempat perempuan itu bekerja. Demi kalian berdua, aku akan menyelesaikan masalah ini secara bersih.” Yun Ho mengulang pertanyaannya, “Kau ada dimana? Aku akan menjemputmu…” Mil Hye tidak menjawabnya dan dia justru mematikan telfon.


Ayah Da Ji berada di Restaurant bersama dengan Ahjushi. Ayah Da Ji berkata, “Aku tidak tau lagi harus hidup seperti apa. Aku sudah berjanji pada Ibu Da Ji, aku akan menjaganya. Tapi sepertinya aku hanya membuatnya kesulitan. Da Ji tidak memiliki seorang Ayah yang baik… Aku merasa kecewa pada diriku sendiri…”


Yun Ho datang ke restaurant untuk mencari Mil Hye dan yang dia lihat adalah Ayah Da Ji. Yun Ho pun kemudian membungkuk memberikan salam. Namun tiba-tiba saja Mil Hye yang dalam keadaan mabuk itu datang dan membuat Ahjushi panik karena dia takut Ayah Da Ji mengetahui kenyataan bahwa Yun Ho ternyata masih memiliki istri. Yun Ho berusaha menarik Mil Hye pergi, namun Mil Hye menolaknya, “Aku sakan membantumu menyelesaikan masalah ini. Jika kau mencari Da Ji maka pergilah. Sayang, bukankah kau bilang kau tau apa yang di lakukan oleh Da Ji setiap harinya?” Yun Ho terus berusaha menarik Mil Hye pergi namun Mil Hye menolak, “Kita… bercerai saja. Aku tidak mau hidup sebagai suami istri hanya diatas kertas. Kau bilang dengan seiring berjalannya waktu maka kau akan melupakannya, namun aku tidak bisa bertahan seperti ini. Jadi kita sudahi saja semua ini.” Ayah Da Ji benar-benar terkejut mendengar semua ini.



Ayah Da Ji pulang ke rumah dan dia langsung marah pada Da Ji. Da Ji sendiri tidak tau apa yang di maksud oleh Ayahnya. Ayah Da Ji hampir saja menampar Da Ji, namun dia mengurungkan hal itu. Tiba-tiba saja Ayah Da Ji berkata, “Aku akan menjual peternakan.” Da Ji terkejut mendengarnya.

Ayah Da Ji masuk kedalam kamar Da Ji dan langsung mengeluarkan seluruh pakaian Da Ji. Da Eun yang awalnya tertidur pun akhirnya terbangun. Ayah Da Ji berkata, “Aku akan menjual peternakan ini dan juga rumah ini jadi cepat bereskan barang-barangmu.” Da Ji memohon pada Ayahnya agar mengerti dia, “Ayah… Bukankah kau pernah berkata tidak akan melepaskan peternakan ini?” Ayah Da Ji kembali marah, “Kau dengan mantan suamimu dan juga pria yang sudah menikah! Apakah aku membesarkanmu untuk menjadi seperti ini hah? Kau tidak bisa tinggal disini lagi!” Da Ji terkejut mendengar bahwa Ayahnya ternyata sudah tau masalah Yun Ho, “Ayah, apakah kau tidak bisa mempercayai aku? Aku bertemu Yun Ho dan mencintainya. Tidak ada yang aku sesali.” Ayah Da Ji tetap marah akan hal itu, “Apakah kau ingin aku pukul hah?”


Da Eun mulai menangis dan menjelaskan yang sebenarnya pada Ayah Da Ji, “Unni tidak berbuat sama sekali! Ini semua karena wanita itu(Mil Hye)! Mereka sudah bercerai namun wanita itu kembali dan membuat kekacauan. Itu lah sebabnya Unni tidak ada pilihan lain selain berpisah dengannya. Unni sangat menderita akan hal itu. Ayah sama sekali tidak mengetahui apapun juga…” Da Ji ikut menjelaskan tentang peternakan, “Untuk mendapatkan kembali peternakan ini bukanlah hal yang mudah dan gratis. Dong Joo juga telah membantu kita. Aku akan bekerja dengan giat…” Ayah Da Ji tetep tidak menerima semua alasan itu, “Apakah kau ingin mematahkan hati Ayahmu ini agar kau bahagia hah? Jika kau terlalu bekerja keras demi peternakan ini maka aku tidak bisa membiarkan kau hidup seperti ini terus.” Da Ji terdiam mendengar kata-kata Ayahnya.

Ayah Da Ji kemudian berkata, “Jika kau terlalu mempercayai orang maka kau bisa sakit hati. Setelah kau berpisah dengan Dong Joo, kau sangat menderita. Dan sekarang kau menerima bantuan bocah itu… Apa yang sebenarnya kau pikirkan?” Da Ji menangis mendengar ucapan Ayahnya itu. Ayah Da Ji melanjutkan ucapannya, “Da Ji ah… Aku akan membantumu mencarikan solusinya. Tidak peduli apapun, aku akan membantumu menghasilkan uang. Jadi kita akan memulainya kembali dari awal. Ok?”


Dong Joo sedang melihat surat persetujuan masyarakat dan dia kemudian memutuskan untuk menelfon Kakek. Dong Joo bertanya pada Kakek, “Kakek apakah aku membuatmu terbangun?” Kakek menjawab, “Aku terbangun karena suara ribut. Ada apa?” Dong Joo menjawab, “Aku sudah bukan Dong Joo yang dulu. Aku bahkan tidak pernah melewatkan kerja sejak aku berada di Jeju. Kau tau itu kan?” Kakek memotong ucapan Dong Joo dan berkata, “Berhentilah berbelit-belit, apa inti semuanya?” Dong Joo menghela nafas dan menjawab, “Ini masalah peternakan. Jangan di bangun lahan peternakan itu.”

Kakek bertanya, “Mengapa kita harus melakukannya?” Dong Joo menjawab, “Karena ada seseorang yang ingin aku bantu. Jadi jika kau mau membantuku maka aku akan mendengarkan apapun yang kau katakan, Kakek. Aku bahkan akan pergi ke kantor pusat. Jadi kita tidak perlu membangun peternakan ini ya? Peternakan itu sangat penting bagi pemilik peternakan. Pemilik peternakan sudah bekerja keras selama 6 tahun untuk membangun peternakan itu.” Kakek bertanya, “Apakah orang itu sangat berarti untukmu? Ayahmu kini sedang sangat marah. Setelah selesai urusan di Jeju maka kembalilah.” Dong Joo menjawab, “Orang itu sangat penting. Dan lagi aku sangat membutuhkan bantuanmu.” Kakek berkata, “Baiklah, aku akan mencoba memikirkannya.”


Da Ji berjalan di peternakan dan melihat Paulist. Da Ji bertanya pada Paulist, “Meninggalkan peternakan ini… Haruskah aku melakukannya?”


Pagi-pagi Da Eun berlari menghampiri Ayahnya sambil membawa selembar kertas. Ayah Da Ji berkata, “Panggilah Kakakmu untuk sarapan. Dan lagi hari ini aku akan mengatur perpindahan sekolah untukmu.” Da Eun berkata, “Bukan itu masalahnya. Unni sudah pergi dari rumah.” Da Eun memberikan surat yang ditinggalkan Da Ji di dalam kamar. Ayah Da Ji membacanya dan dia terlihat khawatir. Ayah Da Ji membaca surat itu, “Ayah… Aku sudah memikirkannya dalam waktu yang lama. Aku tidak bisa menyerahkan peternakan ini. Ayah, aku akan menunggumu hingga kau mengubah pikiranmu. Aku mengambil surat tanah, Maafkan aku.”



Mil Hye terbangun dan dia terkejut saat melihat ada tangan Yun Ho yang memeluknya. Yun Ho terbangun dan bertanya pada Mil Hye, “Apakah kau baik-baik saja?” Mil Hye menjawab, “Aku baik-baik saja. Kemarin…” Yun Ho memotong ucapan Mil Hye, “Walaupun kau merasa kecewa, berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan minum-minum seperti itu lagi?” Mil Hye hanya terdiam tidak menjawab. Yun Ho melihat cahaya matahari yang datang dari jendela dan dia berkata, “Di kamarku tidak terlalu banyak cahaya yang masuk dan aku suka kamar ini karena banyak cahaya yang masuk. Haruskah kita mempergunakan kamar ini bersama?” Mil Hye lagi-lagi tidak menjawab.

Mil Hye kemudian berkata, “Aku ingat semua yang terjadi kemarin. Kata-kata yang aku katakana kemarin itu…” Yun Ho memotong ucapannya, “Aku tidak akan membuatmu menunggu lama lagi. Jadi tolong bersabarlah. Nanti mala mayo kita minum wine bersama. Aku akan pulang lebih cepat.” Yun Ho tersenyum, sementara Mil Hye masih terlihat bingung.



Da Eun berjalan bersama dengan Jong Dae. Da Eun berkata, “Dia tidak datang ke Reosrt bahkan tidak mendatangi kerja sambilannya. Kemana dia pergi?” Jong Dae ikut berkomentar, “Dia juga tidak menjawab telfonnya. Apakah mungkin sesuatu yang buruk menimpanya?” Da Eun menjawab, “Huh sudah kukatakan jangan terlalu mengkhawatirkannya. Dia takut Ayah akan menjual peternakan makanya dia mengambil surat tanah dan pergi. Tenang saja tidak akan ada hal buruk yang terjadi. ”



Da Eun melihat Dong Joo dengan Yun Ho sedang berjalan bersama dengan para asistennya dan Da Eun berkata, “Ayah dan Kakakku sedang menderita, namun mereka terlihat bahagia.” Da Eun pun memutuskan untuk menghampiri mereka. Da Eun berkata pada Yun Ho, “Bukankah sudah aku peringatkan hau? Tolong jangan membuat Ahjumma(Mil Hye) muncul di peternakan lagi. Ahjumma yang mabuk itu datang ke restaurant dan membuat masalah. Ayahku ingin menjual peternakan dan semuanya kini menjadi masalah! Dia menulis surat dan sekarang pergi entah kemana! Dan kau Kakak ipar! Kau juga tidak bisa seperti ini! Membuat Kakakku menderita! Mulai sekarang, aku melarang kalian berdua mendekati Kakakku!”

Da Eun dan Jong Dae segera meninggalkan mereka. Asisten Lee mengingatkan Dong Joo untuk membahas masalah pusat olahraga namun Dong Joo memilih untuk mengejar Da Eun dan Jong Dae.




Dong Joo datang ke peternakan dan bertanya kemana Da Ji pergi pada Da Eun, “Apakah kau sudah mencarinya?” Da Eun menjawab, “Dia tidak memiliki teman sama sekali. Tempat yang bisa dia datangi hanyalah restaurant, resort dan juga tempat kerja paruh waktunya. Kami sudah kesana dan tidak ada sama sekali.” Dong Joo bertanya, “Mungkinkah dia pergi bertemu dengan Nenek di Pulau Udo?” Da Eun menjawab, “Aku sudah menelfon dan Kakakku pasti pergi ke tempat yang bagus, untuk apa dia pergi ke tempat yang justru akan menyusahkan dirinya sendiri?” Dong Joo memikirkan kata-kata Da Eun.


Ternyata Da Ji pergi ke laut dan membantu Nenek di Pulau Udo untuk mengambil abalone. Da Ji meminta pada Nenek agar tidak memberi tahukan keberadaannya itu pada Ayahnya.


Saat Da Ji dan Nenek berjalan pulang, ternyata sudah ada Dong Joo yang menunggu. Saat melihat kedatangan Da Ji, Dong Joo pun langsung memarahinya, “Apakah kau pikir kau ini murid sma yang bisa kabur dari rumah hah? Mengapa kau tidak menjawab telfonku?” Nenek berkomentar, “Ya! Ada apa dengan bocah laki-laki ini? Mengapa saat bertemu dengan Da Ji, kau justru marah-marah hah?” Dong Joo pun dengan segera meminta maaf pada Nenek itu. Nenek masuk kedalam rumah dan meminta agar Da Ji memotong Ayam karena ada tamu(Dong Joo).

Da Ji bertanya pada Dong Joo, “Mengapa kau tau aku ada disini?” Dong Joo menjawab, “Kau ganti lah pakaianmu dahulu. Pakaian selam itu tidak cocok dengan ukuran dadamu.” Da Ji kesal dan langsung menutupi dadanya.



Ayah Da Ji kini berada di Restaurant bersama dengan Ahjumma, Ahjushi dan juga Tuan Yang. Tuan Yang berkata, “Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Ahjushi bertanya, “Apakah kau akan benar-benar menjualnya?” Kini Ahjumma yang bertanya, “Oppa, mengapa kau tidak menerima bantuan dari Dong Joo Hah?” Ayah Da Ji justru balik bertanya pada Ahjumma, “Mengapa aku harus menerima bantuannya hah?” Tuan Yang berkomentar mengenai Yun Ho, “Hyung, janganlah keras kepala. Laki-laki yang di Resort itu(Yun Ho) dia sangat mengurusi Paulist. Dan juga merawat Da Ji dengan sangat baik. Pada saat aku ingin mengambil Paulist, dia melarangnya dan bilang bahwa ini semua kesalahannya.” Ahjumma justru lebih membela Dong Joo, “Oppa. Laki-laki itu(Yun Ho) mungkin dengan mudah menggunakan uangnya untuk membantu Da Ji. Namun Dong Joo tidak seperti itu. Dia sangat membantu Da Ji. Oppa… mengertilah dia.” Ayah Da Ji terdiam memikirkan hal-hal itu.


Ayah Da Ji berjalan keluar Restaurant dan dia melihat Yun Ho yang berada di dalam mobil yang di parkir di depan Restautant. Namun tidak lama kemudian mobil Yun Ho itu pergi.


HP Ayah Da Ji berbunyi dan itu merupakan telfon dari Nenek. Nenek berkata, “Da Ji memintaku agar tidak mengatakannya padamu, namun aku takut kau akan khawatir makanya aku menelfonmu.” Ayah Da Ji berkata, “Baiklah aku akan datang dan menjemputnya.” Namun Nenek segera memarahi Ayah Da Ji, “Dia bukan anak kecil lagi, jadi untuk apa di jemput? Dia sepertinya memiliki banyak hal untuk di pikirkan makanya dia datang kemari. Biarkan dia menginap satu malam disini dan besok aku akan mengantarnya kembali. Aku hanya ingin mengatakan hal ini saja.”


Dong Joo meminta Da Ji untuk pulang namun Da Ji menolaknya. Dong Joo berkata, “Jika kau pergi seperti ini maka apa yang akan terjadi pada Ayahmu… Da Eun dan aku? Kau bahkan tidak menjawab telfonku! Apakah kau tidak tau bahwa aku sangat khawatir dan takut ada sesuatu yang menimpa dirimu hah?” Da Ji menangis mendengar ucapan Dong Joo, “Mengapa semuanya selalu salahku? Apa salahku? Aku tidak bisa menyerahkan peternakan itu begitu saja makanya aku menerima bantuanmu. Aku bekerja keras dan juga bertemu dengan Yun Ho, aku sama sekali tidak pernah menyesali apa yang terjadi. Tapi Ayahku sangat menyesal dan ingin menjual peternakan itu. Setiap harinya selalu menekanku. Apa yang harus aku lakukan hah?” Dong Jo terkejut melihat tangisan Da Ji dan dia meminta agar Da Ji berhenti menangis.

Dong Joo kemudian berkata, “Ini pasti karena Ayahmu sangat sedih saat ini sehingga dia mengatakan akan menjual peternakan itu. Terkadang kau membuat masalah, namun kau selalu bekerja keras. Kau bukanlah anak yang nakal. Ayahmu lebih mengetahui dirimu dari siapapun juga, bahkan seseorang yang bodoh seperti aku saja tau.” Da Ji bertanya, “Ada apa dengan kau ini? Apakah kau sedang memujiku hah?” Dong Joo menjawab, “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Sejujurnya, pasti ada alasan mengapa Ayahmu begitu marah. Tinggal bersama dengan mantan suami, dan menyukai pria yang sudah menikah. Itulah faktanya.” Da Ji membalas ucapan Dong Joo tersebut, “Lalu bagaimana dengan kau? Kau tinggal dengan mantan istrimu dan juga berpacaran dengan Jin Young. Bagaimana?”



Nenek datang menghampiri mereka dan memarahi mereka, “Aku meminta kalian untuk menangkap Ayam dan memasaknya. Mengapa kalian justru mengobrol hah?” Nenek menunjuk Dong Joo dan berkata, “Aku akan memasak air, dan kau menangkap Ayam!” Da Ji tersenyum dan berkata pada Nenek, “Dong Joo tidak bisa melakukannya. Biar aku yang menangkapnya.” Da Ji pun langsung berlari-lari mencoba menangkap ayam.


Mil Hye berada di resort dan dia terlihat sedang memilih dvd yang akan dia tonton bersama dengan Yun Ho. Sementara Yun Ho berada di bar dan terlihat masih memikirkan Da Ji.


Nenek sedang pergi bermain kartu dengan teman-temannya, sehingga di rumah pun hanya ada Da Ji dan Dong Joo. Dong Joo masuk kedalam kamar dan melihat Da Ji sedang membereskan kasur. Dong Joo bertanya, “Dimana Nenek?” Da Ji menjawab, “Dia bilang dia akan kembali setelah bermain kartu. Mungkin dia akan pulang terlambat.” Da Ji langsung berbaring di tempat tidur sementara Dong Joo berdiri dengan salah tingkah. Da Ji bertanya, “Mengapa kau berdiri terus?” Dong Joo dengan ragu-ragu duduk di kasurnya.

Dong Joo berkata, “Tadi aku menggunakan ponsel-mu untuk mengirim sms pada Ayahmu.” Da Ji kesal dan mendekati Dong Joo, “Aku sudah katakana padamu bahwa aku tidak ingin kembali kan? Aku harus bersembunyi dulu.” Dong Joo bertanya, “Kau tidak memiliki salah, lalu mengapa harus bersembunyi? Kembalilah dan berbicara dengannya.” Da Ji hanya bisa menghela nafas lemah. Dong Joo bertanya kembali, “Apa kau merasa lebih baik? Masalah Yun Ho, apakah kau sudah merasa lebih baik?” Da Ji menjawab, “Apakah aku merasa lebih baik sekarang ini? Entahlah. Aku tidak pernah memikirkannya. Dari yang kau lihat, apakah aku sudah terlihat lebih baikan?” Da Ji mendekati Dong Joo dan tersenyum, hal itu membuat Dong Joo kembali salah tingkah.

Dong Joo tiba-tiba marah dan mengingatkan Da Ji agar tidak terlalu santai jika sedang berada di dekatnya, Da Ji mengerti hal itu dan meminta maaf pada Dong Joo, “Maaf. Kau membuatku merasa nyaman makanya aku sangat santai jika ada di dekatmu.” Dong Joo kemudian berkata, “Hanya ada kita berdua di ruangan ini, dank au masih merasa nyaman hah? Aku tidak mengerti rasa nyaman yang kau rasakan. Yang pasti aku tidak merasa nyaman disini.” Dong Joo pun dengan cepat keluar dari dalam kamar. (Ket: Di rumah Nenek hanya ada satu kamar jadi mereka bertiga tidur di satu kamar.)


Dong Joo keluar dari dalam kamar dan mulai mengomel kesal, “Aku dan dia tidur di ruangan yang sama, apa itu tidak masalah baginya hah?”

Da Ji baru sadar bahwa tadi hanya ada mereka berdua di kamar tidur. Da Ji meletakan tangannya di dada dan mulai berbicara sendiri, “Apa yang aku pikirkan? Mengapa aku merasa aneh seperti ini?”


Mil Hye terbangun dan dia melihat jam sudah menunjukan pukul 1 malam. Mil Hye menatap gelas wine yang sudah dia siapkan namun tidak tersentuh sama sekali. Mil Hye masuk kedalam kamar Yun Ho dan melihat Yun Ho sudah tertidur. Mil Hye mau menyelimuti Yun Ho, namun langkahnya itu terhenti saat melihat buku sketsa milik Yun Ho yang penuh dengan sketsa wajah Da Ji berada di samping tempat tidur. Mil Hye kemudian melihat HP Yun Ho dan dia berkomentar pelan, “Kau sepertinya sangat merindukan dia. Sayang, kau pasti sangat menderita…”


Akhirnya Dong Joo berhasil membujuk Da Ji untuk pulang ke rumah. Da Ji sudah dan Dong Joo sudah ada di peternakan dan mereka berdua terkejut saat melihat Ayah Da Ji sedang berusaha memasukan Paulist kedalam truk. Da Ji segera berlari menghampiri Ayahnya, “Ayah! Apa yang akan kau lakukan pada Paulist? Kemana kau akan mengirimnya hah? Ayah kau keterlaluan…” Ayah Da Ji melihat kedatangan Da Ji bersama Dong Joo dan dia bertanya, “Mengapa kau dan dia bersama?” Ayah Da Ji kembali marah dan terus berusaha menggiring Paulist kedalam truk namun Da Ji menghalanginya.

Tiba-tiba saja Dong Joo berkata pada Ayah Da Ji, “Tidak bisa kah kau percaya pada Da Ji untuk kali ini? Kau pasti mengerti betapa berharganya peternakan ini baginya. Melihat apa yang telah dia lakukan untukku, memberikan peternakan ini padanya bukanlah apa-apa. Ayah, aku mohon kau dapat merubah pikiranmu. Jika kau menjual peternakan ini, maka aku akan mengambil peternakan ini kembali.” Ayah Da Ji bertanya, “Siapa kau hah hingga bisa mengambil peternakan ini?” Dong Joo menjawab, “Aku hanya tidak ingin melihat Da Ji bekerja terlalu keras. Aku tau, kau tidak menyukai aku dan Da Ji bersama… Sejujurnya, tidak bertemu dengan Da Ji itu hal yang baik. Namun untuk sekarang ini, aku tidak bisa berpura-pura tidak mengetahui masalah yang terjadi.” Da Ji terdiam menatap Dong Joo.


Tuan Yang datang dan bertanya pada Da Ji, “Kau belum pergi? Bagaimana bisa kau membawa surat rumah dan pergi begitu saja? Harusnya kau pergi selama 1 minggu. Bagaimana bisa kau baru pergi kemarin dan sekarang sudah kembali lagi hah?” Tuan Yang menatap Ayah Da Ji dan berkata, “Kau seharusnya pergi ke rumah sakit sekarang ini dan mendapatkan perawatan.” Da Ji terkejut mendengarnya, “Rumah sakit?” Tuan Yang menjawab, “Hm aku tidak begitu tau apa masalahnya. Tapi mereka bilang bahwa Ayahmu ini harus melakukan sinar x atau ya semacamnya. Tapi Ayahmu ini sungguh keras kepala. Dia bahkan tidak mau mengeluarkan uang.” Da Ji terlihat sedih mengetahui hal itu.

Tiba-tiba Dong Joo berkata, “Paulist dapat berlari sekarang ini.” Da Ji tersenyum pada Tuan Yang, “Benar. Dia bisa berlari dengan sangat baik.” Tuan Yang terkejut, “Benarkah?” Lalu Ayah Da Ji berkomentar, “Aku akan melatihnya sore hari dan melihat perkembangannya. Da Ji kau masuklah ke rumah.” Ayah Da Ji menatap Dong Joo dan berkata, “Kau juga masuklah kedalam!” Dong Joo terkejut mendengarnya.



Ayah Da Ji bertanya pada Dong Joo, “Bocah! Bahkan jika kau tidak memiliki tempat untuk tinggal, Bagaimana bisa kau tinggal di rumah yang sama dengan mantan istrimu hah?” Dong Joo menunduk meminta maaf. Da Ji berusaha membela Dong Joo, “Dong Joo hanya ingin membantu kita. Dan lagi pacar Dong Joo pun sudah mengetahuinya.” Ayah Da Ji kembali bertanya, “Lalu bagaimana dengan perasaan Da Ji dan gadis itu(Jin Younh)? Aku akan menjaga putriku. Aku tidak bisa menerima perhatianmu. Tidak hanya aku, keluargamu juga pasti melakukan hal yang sama. Pertama-tama aku akan menyelesaikan masalahku di Seoul. Dan disaat yang tepat, kita akan membicarakan peternakan ini. Jika Kau(Da Ji) terlibat dengan bocah ini lagi, aku akan benar-benar menjual peternakan! Berjanjilah padaku.” Da Ji menatap Dong Joo sesaat dan kemudian menjawab pertanyaan Ayahnya, “Ya aku berjanji.”


Yun Ho terbangun dan melihat Mil Hye sudah ada di ruang makan. Mil Hye berkata, “Duduklah. Minum sup ini. Aku tidak memasaknya.” Mata Yun Ho melihat koper Mil Hye yang sudah rapih dan dia bertanya, “Apa kau akan pergi?” Mil Hye menjawab, “Aku akan berkontribusi dengan project di China. Aku akan mencoba disana selama 3 tahun. Jadi… Kita berpisah saja. Melihat wajahmu yang berusaha keras… aku berpura-pura tidak melihatnya dan tidak tau. Tapi aku tidak bisa bertahan lagi. Setidaknya satu orang drai kita harus bahagia. Kita berdua hanya merasa lelah bukan?”

Yun Ho berkata, “Saat waktunya tiba, semuanya akan berbeda.” Mil Hye menggelengkan kepala lemah, “Kita seharusnya tidak melakukan hal ini. Atau kita akan menyesalinya sepanjang hidup kita. Aku berfikir bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu. Tidak peduli seberapa beratnya hal ini untukmu… Aku berusaha untuk tidak pergi. Tapi… Aku pikir, sekarang aku bisa pergi sendiri.” Yun Ho mencoba memberikan penjelasan pada Mil Hye, “Aku katakana padamu bahwa aku memerlukan waktu. Aku akan lebih berusaha. Jangan pergi!” Mil hye tersenyum, “Apakah kau masih terus berusaha menahanku hingga akhir? Kau sangat setia Seo Yun Ho.”

Mil Hye mendekati Yun Ho dan memeluknya, “Terima kasih… Terima kasih untuk tidak melepas genggamanmu padaku. Terima kasih untuk mencoba yang terbaik untukku.” Mil Hye terlihat menangis di pundak Yun Ho.


Da Ji bekerja seperti biasa dan Ahjumma bertanya mengenai Dong Joo pada Da Ji, “Dong Joo bilang dia akan membantu. Tapi bagaimana bisa dia tidak muncul? Da Ji, Ayahmu terlalu keras padanya. Tapi walaupun begitu… Bagaimana bisa Dong Joo tidak muncul begini?” Da Ji tersenyum dan menjawab, “Hmm mungkin dia sibuk.” Ahjumma berkomentar, “Hmm tapi pria tampan(Yun Ho) dan kau, bagaimana kelanjutannya? Apakah semuanya berjalan lancar?” Ahjushi yang mendengar pertanyaan Ahjumma pun langsung memarahi Ahjumma, “Kau! Mengapa kau bisa menanyakan hl seperti itu hah?” Ahjumma menjawab, “Aku dengar dari orang di Resort bahwa dia(Yun Ho) dan istrinya itu benar-benar sudah berakhir. Istrinya itu sudah membereskan barang-barangnya dan pergi. Da Ji, kau sudah mendnegar hal itu kan?” Da Ji menjawab, “Hm ya. Tapi aku dan Yun Ho lah yang telah berakhir,” Ahjumma kembali bertanya, “Kau berpisah dengannya walaupun dia dan istrinya sudah berpisah juga?” Da Ji terdiam dan bingung menjawabnya.


Dong Joo sedang berada di ruangannya dan dia mulai mengomel kesal, “Apakah Paulist baik-baik saja? Bagaimana bisa dia(Da Ji) tidak menelfonku walaupun hanya sekali saja? Dia benar-benar tidak setia! Tidak tau sopan santun!”


Asisten Lee datang dan berbicara pada Dong Joo, “Mulai minggu depan, Direktur baru akan datang dan tempat ini harus segera di kosongkan.” Dong Joo tidak mempedulikan hal itu dan dia membahas hal lain, “Setelah kompetisi kuda selesai maka kita akan melakukan penawaran dengan perusahan perumahan. Menunda hal itu sangatlah berbahaya dan lagi ini adalah hal terakhir. Bir yang disediakan itu harus di siapkan sesuai dengan jumlah tamu. Kau sudah melakukannya?” Asisten Lee tersenyum, “Baiklah aku akan memeriksanya kembali.” Dong Joo berkomentar, “Melihat gaya bekerjamu ini, bagaimana bisa aku dengan mudahnya meninggalkan kantor ini hah?” Asisten Lee hanya tersenyum mendengar komentar itu.

Asisten Lee tiba-tiba berkata, “Ah mengenai teman sekolahmu itu(Da Ji. Ket: Dong Joo bilang pada Asisten Lee bahwa Da Ji adalah teman sekolahnya) apakah dia menunggu Seo Yun Ho?Setelah tugas Seo Yun Ho disini sudah selesai maka mereka akan pergi ke Amerika bersama.” Dong Joo terkejut mendengarnya, “Mengapa dia harus pergi bersama Seo Yun Ho?” Asisten Lee menjawab, “Ji Mil Hye sudah pergi. Dan di Resort ini beredar kabar bahwa Seo Yun Ho sudah memutuskan untuk kembali pada Da Ji. Apakah kau tidak melihatnya? Direktur, hanya dengan sekali melihat saja aku sudah mengerti mereka. Jika mereka tidak kembali, lalu untuk apa Seo Yun Ho berpisah dengan istrinya? Tapi ada satu hal yang tidak aku mengerti… Mengapa dia meninggalkan Ji Mil Hye dan memilih teman sekolahmu itu?”

Asisten Lee kemudian mendekati wajahnya pada Dong Joo dan berkata pelan, “Ah ya aku dengar Da Ji itu sudah bercerai. Da Ji menikah di usia 19 tahun dan kemudian bercerai dalam waktu singkat. Melihat dia mampu merayu pria, hmm sepertinya dia memiliki daya tarik yang tidak bisa kita lihat.” Dong Joo tiba-tiba saja membentak Asisten Lee, “Asisten Lee, bagaimana bisa kau menyimpulkan mengenai Da Ji dengan semudah itu hah? Dia itu tidak hanya atraktif, baik, pintar, setia dan pengertian! Dan wajahnya juga tidak terlalu buruk. Dia lebih cantik dari Ji Mil Hye. Jika kau berani membahas hal itu lagi di depanku maka aku akan langsung memecatmu!” Dong Joo pergi meninggalkan ruangan begitu saja. Asisten lee yang masih bingung pun berkata, “Mengapa dia begitu marah? Aku kan tidak menjelek-jelekan istrinya!”


Yun Ho bertemu dengan Jin Young dan bertanya, “Kau bilang kau akan kembali pada Ayahmu?” Jin Young menjawab, “Ayahku mengatakan bahwa dia akan mengurus hal ini dengan Ayahnya Dong Joo. Aku tidak tau harus melakukan apa lagi.” Yun Ho bertanya kembali, “Apakah Han Dong Joo tau hal ini? Apakah dia begitu berharga hingga kau mengesampingkan segalanya?” Jin Young menjawab, “Kenapa? Kau terlihat tidak senang. Aku masih bersama dengan Dong Joo. Jika saja kau mencintainya dengan lebih, itu akan terasa lebih baik. Orang yang dapat menghargai cinta itu sendiri lah yang pantas mendapatkan cinta itu. Hmm setelah meninggalkanmu, aku sangat menyesal karena aku telah membuang waktuku. Namun aku tidak pernah lelah. Aku berusaha semua yang aku bisa untuk mencintaimu. Namun aku tidak bisa menggapaimu dengan sepenuhnya. Itu karena menghargai cinta. Aku tidak akan seperti itu lagi.” Yun Ho menatap Jin Young dan berkomentar, “Kau sangat berani sekali Jin Young….”


Dong Joo terus memikirkan ucapan Asisten Lee yang mengatakan bahwa di Resort beredar kabar kalau Da Ji dan Yun Ho telah kembali menjadi sepasang kekasih.Dan hal itu membuat Dong Joo tidak bisa tidur dengan nyenyak.


Ibu Dong Joo sedang berada di kamar Dong Joo dan Kakek datang menghampirinya. Kakek bertanya, “Kau tidak bisa tertidur? Mengapa ada di kamar Dong Joo?” Ibu Dong Joo menjawab, “Sepertinya hal ini hanya tergantung padamu…” Kakek menghela nafas pelan dan berkata, “Menantu, untuk kali ini tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka berdua sudah menikah dan bercerai. Ini adalah masalah orangdewasa, Lalu bagaimana dengan kehidpan Dong Joo? Apakah Da Ji merasakan hidup yang mudah? Kita tidak bisa terus memprotek mereka dari rasa sakit itu. Sekarang semua ini tergantung pada mereka masing-masing. Aku berharap mereka tidak akan tersakiti kembali. Jadi cukup berikan waktu untuk mereka selama 1 bulan ini. Itu lah yang aku inginkan.”

Ayah Dong Joo ternyata mendengar percakapan itu dan dia bertanya pada Kakek, “Ayah, apa maksudmu? Dong Joo dan Da Ji. Apakah ada yang terjadi?”


Da Ji sedang berada di Restaurant duduk sendiri. Pintu Restaurant terbuk dan Da Ji dengan cepat berkata, “Maaf kami sudah tutup.” Da Ji melihat tamu yang datang itu ternyata Dong Joo. Da Ji tersenyum dan berkata, “Aku pikir kita tidak akan bertemu kembali. Aku senang bertemu denganmu…” Dong Joo berkata, “Huh kau bahkan berjanji pada Ayahmu untuk tidak bertemu lagi denganku. Jadi aku tidak tau cara agar kita bisa bertemu kembali. Mengenai hal itu, sepertinya Ayah(Ayah Da Ji) akan menjual peternakan itu.” Da Ji dengan cepat berkata, “Jangan berkata seperti itu!” Dong Joo kemudian berkata, “Walaupun Seo Yun Ho sudah mengakhiri hubungan dengan istrinya dan dia memulai hal baru denganmu. Walaupun aku tidak menyadari hal itu, namun orang-orang memikirkan hal itu. Dan…”

Da Ji memotong ucapan Dong Joo dengan kesal, “Lalu bagaimana jika kita bersama? Lagi pula kami berdua sama-sama sudah tidak menikah.” Dong Joo terkejut mendengarnya, “Jadi kau benar-benar sudah bersama Yun Ho kembali? Walaupun aku tau kau tidak memiliki harga diri...” Da Ji menghentikan ucapan Dong Joo, “Berhentilah mengatakan hal itu! Kau sudah tidak datang beberapa hari ini dan saat kau datang, justru kau membicarakan mengenai hal ini? Dan mengatakan bahwa aku tidak memiliki harga diri? Huh mengapa aku harus mendengarkan ucapanmu? Kau pikir, kau ini siapa? Jangan datang mencariku lagi!”Da Ji pun melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Dong Joo.

Dong Joo mengejar Da Ji dan bertanya, “Apakah kau benar-benar memiliki hubungan dengan Seo Yun Ho? Jangan bertemu dengan pria itu!” Da Ji berkata ketus, “Mengapa kau seperti ini? Kau ini siapa?” Dong Joo menjawab, “Aku tidak suka melihat kau bersama pria lain! Mulai sekarang… Aku tidak akan menyerahkan kamu pada siapapun! Tidak akan!”

0 comments: