Belum sampai ke rumah tiba-tiba aku tertabrak sebuah mobil yang tiba-tiba datang dari arah kiriku di perempatan jalan "aaaauuuuwww" teriakku terjatuh, dan semua bahan belanjaanku berantakan.. Tanganku, tanganku berdarah. Aku melihat pengendara mobil itu keluar dari mobilnya dan hendak menghampiriku "mwo???" aku tersentak melihat pengendara itu......
Hyun Seok's POV "Mwo?" aku tersentak melihat pengendara itu ternyata namja yang tempo hari bertemu denganku di kedai Yu Ri, aku bangun dari posisiku yang sempat jatuh tersungkur dengan indah di atas aspal "kau?" tunjukku dengan suara lantang "apa kau tidak bisa menyetir? apa kau tidak lihat aku?" aku mulai naik pitam melihat ekspresinya yang menyebalkan itu "ini! kau lihat? aku terluka karena kecerobohanmu? kau ini.. jika kau baru belajar menyetir kenapa kau menyetir sendirian tanpa pemandu? untung saja lukaku tidak parah jika lukaku parah dan kehilangan nyawaku, aku akan menggentayangi hidupmu. arasseo?" lanjutku semakin kesal melihat dia diam saja. Aku terdiam, mencoba mengatur napas "sudah bicaranya?" sahut namja itu angkuh "mwo?" tanyaku tak mengerti seraya menggaruk kepalaku yang tak gatal "jika sudah selesai bicaranya, cepatlah kau menyingkir dari hadapanku karena kau sudah menyita waktuku sekitar..." namja itu melirik ke arah arlojinya "20 menit" lanjutnya benar-benar membuatku naik pitam "kau ini! kau ingin ribut denganku rupanya huh?" sahutku menyingsingkan kedua lenganku "aku kira kau sudah selesai bicara, masih belum juga? kalau begitu silahkan kau lanjutkan!" aku benar-benar berada di puncak emosi, tanpa banyak kata aku melayangkan pukulan tepat mendarat di wajah mulusnya itu, mulutnya mengeluarkan darah tapi tidak sebanyak darah yang keluar dari tanganku "rasakan itu! aku sudah selesai bicara, gamshahamnida" sahutku sedikit membungkuk lalu membangunkan sepedaku dan meninggalkan namja itu "paborasseo" kudengar ia meneriaki kata-kata itu dengan kesal tapi aku menghiraukannya.
Hyun Seok's POV End
***
Sang Joon's POV Aku baru saja pulang dari hotel, pekerjaanku menumpuk sehingga harus pulang terlambat. Sepertinya aku merasakan kantuk yang berat, pandanganku kabur sehingga tak bisa berkonsentrasi. Ah tidak, kurasa bukan hanya mengantuk tetapi jantungku, jantungku kambuh. Rasanya menyakitkan "aku pasti bisa sampai rumah" gumamku menyemangati diriku, keringat dingin mengucur deras ditubuhku. Aku menghentikan mobilku dipinggir jalan untuk meminum obat sejenak.
Glekkk.. gleekkk... aku menelan beberapa tablet penghilang rasa sakitku, diam sejenak untuk mengatur napas dan kupejamkan mata sejenak. Lima belas menit kemudian aku merasa lebih segar, kini aku kembali mengemudikan stirku dan melanjutkan perjalanan.
Perjalananku sudah hampir sampai, aku membawa mobilku dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi karena masih merasakan sakit di jantungku. Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara sepeda hendak menyebrang, aku tak sempat menginjak rem sampai tak sengaja menabrak pengendara sepeda tersebut "aigho! Bagaimana keadaannya?" aku menengok sejenak ke depan dari dalam mobil "mwo? dia itu namja berandalan itu kan? aigho! kenapa aku harus berurusan lagi dengannya?" gerutuku semakin terkejut melihat si pengendara sepeda tersebut. Aku turun dari mobil dengan sikap dinginku, "kau?" dia berani sekali menunjukku "apa kau tidak bisa menyetir? apa kau tidak lihat aku?" sahut namja itu tak kujawab, aku tetap berada di posisiku yang tenang "ini! kau lihat? aku terluka karena kecerobohanmu? kau ini.. jika kau baru belajar menyetir kenapa kau menyetir sendirian tanpa pemandu? untung saja lukaku tidak parah jika lukaku parah dan kehilangan nyawaku, aku akan menggentayangi hidupmu. arasseo?" sahut namja itu kulihat bercucuran darah disikunya.
"sudah bicaranya?" sahutku dalam posisi coolku "mwo?" sahut namja berandal itu garuk kepalanya yang sepertinya belum dikeramasi sejak seminggu yang lalu "jika sudah selesai bicaranya, cepatlah kau menyingkir dari hadapanku karena kau sudah menyita waktuku sekitar..." sahutku tertahan sejenak sambil melihat arloji mewahku "20 menit" lanjutku setelah menghitung berapa lama ia dan aku berdiri di jalan ini
"kau ini! kau ingin ribut denganku rupanya huh?" sepertinya namja itu semakin kesal padaku "aku kira kau sudah selesai bicara, masih belum juga? kalau begitu silahkan kau lanjutkan!" sahutku masih stay cool dan tak menghiraukan emosinya sama sekali.
Buuukkk....... aaww sakit, brengsek! namja itu memukul wajah tampanku. Kurasakan aliran darah hangat keluar dari sudut bibir indahku, aku mengusap darah tersebut seraya menatapnya dengan sinis "rasakan itu! aku sudah selesai bicara, gamshahamnida" ujar namja itu benar-benar memancing emosiku "paborasseo" teriakku melihatnya berlalu dari hadapanku.
Aku melanjutkan perjalananku menuju rumah, sesampainya di rumah aku segera melangkah menuju kamar halmoni. Aku mengintipnya dari balik pintu, aku melihat halmoni sudah tertidur lelap. Aku pun kembali menutup pintu kamar halmoni dan beranjak menuju kamarku. Aku mengganti pakaianku, kemudian mengompres lukaku tadi dengan sedikit es agar esok bisa kembali normal. Sembari mengompres luka, aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku mencoba memejamkan mataku sejenak "mwo?" aku tersentak melihat sekelebat bayang yang terlintas dipikiranku "kenapa aku kembali teringat senyuman manis Hyun Mun?" ujarku tersenyum sendiri. "Ada apa denganku? apa aku menyukainya?" aku kembali teringat senyuman ramahnya, benar-benar menenangkan hati.
Sang Joon's POV End
***Author's POV
Hyun Seok pulang ke rumahnya dalam keadaan lemas, jalannya sedikit mengurangi kecepatan. Ia memasukkan sepeda kesayangannya ke dalam kedai yang ada di depan rumahnya. Setelah selesai memasukkan sepeda, ia segera masuk ke dalam rumahnya. Sementara di tempat lain, Hyun Mun masih sibuk berkutat dengan buku dan pensil untuk membuat sebuah design pakaian. Sejak kecil Hyun Mun memang sudah memiliki cita - cita sebagai designer baju terkenal. Hyun Mun menoleh ke jendela, ia memikirkan Hyun Seok yang sedari tadi belum juga memberi kabar.
Hyun Mun berniat menelpon Hyun Seok namun ia kembali urungkan niatnya melihat malam sudah semakin larut, ia putuskan untuk menemui Hyun Seok besok pagi saja.
Author's POV End
***
Hyun Seok's POV Aku sampai di depan rumah, aku buru-buru menyimpan sepedaku ke dalam kedai. Setelah kedai terkunci rapat, aku segera melangkah masuk ke dalam rumahku "aku pulang" sahutku lemas berharap ahjussie sudah tertidur "kenapa tidak ada yang menjawab? apa ahjussie sudah tidur? syukurlah" sahutku berbisik sedikit memperlambat gerakku agar tak terdengar ahjussie "kau kira aku sudah tidur?" suara ahjussie mengejutkanku setengah mati "aigho! ahjussie" seruku menoleh ke belakang "kau mengejutkanku, kukira kau sudah sampai di pulau mimpi ternyata masih disini" lanjutku berusaha menyembunyikan tanganku "aku menunggumu pulang, sebab aku harus segera membuat mie tapi kenapa kau pulang terlambat? kau tidak lihat sudah pukul berapa sekarang?" sahut ahjussie membuatku menoleh ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan angka 11 malam.
"mianhae tadi aku menjemput Hyun Mun terlebih dahulu, jadi agak terlambat. jeongmal mianhada ahjussie" sahutku membungkukkan badan 90 derajat "sudah sudah! hentikan membungkuk! tegakkan badanmu!" kudengar ahjussie menyuruhku menghentikannya "gomawo ahjussie!" pelukku riang "ne ne cheonma! lepaskan pelukanmu anak nakal! aku tak bisa bernapas" gumam ahjussie membuatku sejenak terlupa dengan rasa sakit di tanganku "hehehe, ya sudah aku ke kamar mandi dulu ne ahjussie! Ini belanjaannya" aku menyodorkan bahan ramyeon yang tadi kubeli "ne, gomawo! lho... tanganmu kenapa anak nakal?" omo ahjussie melihat lukaku, ish cerobohnya aku "ani ahjussie! hmm... ini... ini hanya luka kecil, tadi waktu aku memboncengi Hyun Mun kami terjatuh dan tanganku tergesek di aspal.. ah tapi ini bukan luka besar! ahjussie tenang saja ne!" sahutku berbohong "jeongmalyo?" ahjussie menatapku penuh kecurigaan nampaknya "ne ahjussie" ujarku ragu "sini! biar ku obati" sahut ahjussie menarikku.
Ahjussie mengambil sebotol alkohol 70 % dan kapas serta tak lupa sebuah plester luka, dia menyuruhku diam sementara dia membersihkan lukaku. Ahjussieku ini memang tak ingin melihatku terluka sedikitpun, dia pernah bilang padaku bawha eomma dan appa telah berpesan padanya untuk menjagaku sepenuhnya maka dari itu ahjussie sangatlah perhatian padaku "gomawo ahjussie" sahutku seraya menatap ahjussie yang sibuk membersihkan lukaku "untuk apa?" tanya ahjussie menoleh ke arahku "ish! ahjussie ini, belagak tidak tahu" aku memanyunkan sedikit bibir sexyku "untuk malam ini lah, gomawo kau sudah mau mengobati lukaku. Saranghanda ahjussie" sahutku kemudian menarik tanganku dan membentuk sebuah love dari rangkaian kedua tanganku "sini tanganmu! kau ini, memangnya aku ini kekasihmu sehingga kau nyatakan cintamu padaku huh? kurasa kau memang saatnya membutuhkan seorang yeoja ne?" ahjussie menarik tanganku dan perkataannya sangat menyebalkan "ish! ahjusssiiieeee!!!!" teriakku malah ditertawakan olehnya "hahahaha" ahjussie tertawa terpingkal "wae?" tanyaku kesal "kau ini! tingkahmu masih seperti anak usia sepuluh tahun, bagaimana Hyun Mun mau menyukaimu?" aku segera menutup mulut ahjussie. Ahh dia ini memang menyebalkan "aaahhh!! ahjussie aku lelah, aku mau tidur. Annyeonghi jumuseyo" sahutku kesal dan terburu-buru, aku segera berlari menuju kamarku dan menutup pintu "haha dasar anak itu" kudengar ahjussie masih berbicara sembari tertawa, paborasseo.
Hari Selanjutnya Aku baru saja selesai mandi, aku masih mengelap rambutku dengan handuk kecil berwarna putih sembari keluar untuk memeriksa bahan-bahan makanan yang sudah tersedia di kedai "joheun achiemeyo ahjussie" sapaku melihat ahjussie tengah sibuk menyiapkan beberapa item untuk berjualan di kedai hari ini "joheun achiemeyo Hyun Seok ah! Kau sudah mandi?" balas ahjussie menatapku "tentu saja" balasku, aku menatap cermin besar yang terpajang di dinding dapur "aigho!! tampan sekali namja itu? lihat rambutnya!" begitu indah" sahutku di depan cermin memerhatikan bayanganku seraya menyentuh cabang rambutku "hidungnya mancung sekali! tengok matanya!" aku seperti ini setiap pagi hari setelah mandi "matanya indah, tajam! kau ini sangat sangat tampan boy!" sahutku kembali seraya tersenyum "memang kau sangat tampan Hyun Seok ah!" ahjussie selalu bilang begitu dan merangkul pundakku acap kali aku melakukan hal seperti ini "hehehe, tentu saja!" jawabku penuh rasa percaya diri. Ini adalah caraku untuk memulai hariku agar aku lebih percaya diri, hehe tak ada salahnya bukan memuji diri sendiri?.
Setelah bersiap-siap, aku pun mengeluarkan sepeda andalanku "Hyun Seok!" seruan seseorang menahan pedal di kakiku, aku menoleh ke arah sumber suara "annyeong Hyun Mun" sapaku menundukkan kepala "annyeong, kau mau berangkat?" tanya yeoja itu selalu dengan senyuman mautnya, aku menganggukan kepalaku dengan cepat "semalam kenapa kau tidak menghubungiku? bukankah setiap kali kau habis menjemputku kau akan mengabariku?" sahut Hyun Mun mengingatkanku hal itu "ah ne, mianhae aku lupa. Semalam aku terlalu lelah samapi-sampai aku lupa memberitahumu aku sudah sampai rumah dengan selamat. Mianhae" aku kembali menundukkan kepalaku "gwenchanayo"sahut yeoja itu "tanganmu? ada apa dengan tanganmu?" ujar Hyun Mun sepertinya telah melihat lukaku "ah ani, bukan apa-apa! ini hanya lecet saja, semalam aku sempat terjatuh di pasar dan tanganku tergesek sesuatu hingga lecet tapi tak apa" aish lagi-lagi aku berbohong "jinjjayo?" tanya Hyun Mun nampaknya mencemaskanku "ne, sudah ya aku berangkat! aku takut kesiangan. Kau juga harus berangkat kerja bukan?" aku mengalihkan pembicaraan ini takut Hyun Mun bertanya lebih jauh "ne, nanti aku berangkat. Kau hati-hati ne! Annyeong" Hyun Mun membungkukkan badannya dan tersenyum manis padaku "ne, annyeong" sahutku lalu mulai mengayuh sepedaku dan meneriaki kata-kata andalanku.
Hyun Seok's POV End***
Sang Joon's POV
Mobilku sudah terparkir rapi di salah satu parkiran hotel, aku berjalan menuju kantorku dengan penuh rasa percaya diri. Nampak seperti biasanya, setiap pagi semua pegawai berbaris rapi di sepanjang jalan menuju hotel hanya untuk sekedar menyapaku "Joheun Achiemeyo kwajangnim ( Selamat Pagi General Manager )" sapa semua karyawan bersamaan, terdengar seperti paduan suara. Aku membungkukkan badanku dan berusaha tersenyum padanya "joheun achiemeyo naneun hwesawon ( selamat pagi karyawanku )" balasku kemudian melanjutkan langkahku menuju ruanganku di lantai atas lantai 6.
Aku mulai mengerjakan beberapa pekerjaanku, mulai dari menanda tangani setiap dokumen dari para karyawanku hingga siang ini harus menemui tamu asing yang akan datang dari negara Jepang yang akan mengadakan kerja sama dengan hotelku. "Chagiya! Ini data yang harus kau tanda tangani untuk jadwal pertemuan besok!" Kyu An menyodorkan beberapa berkas di mejaku, aku memeriksa satu persatu berkas tersebut dan menanda tanganinya dengan cermat dan teliti "gomawoyo, ini sudah kutanda tangani semua" aku mengembalikan berkas-berkas tersebut "ne, cheonma chagi" Kyu An tersenyum padaku "Kyu An! jadwal pertemuanku dengan investor dari Jepang hari ini pukul berapa?" tanyaku sembari membolak-balik sebuah dokumen, Kyu An duduk di batang kursiku sehingga memperdekat jarak antara aku dengannya "ne, pertemuanmu dengan investor tersebut usai jadwal makan siang. Jadi kau tak perlu khawatir! Kita makan siang bersama ne chagiya?" ujarnya merangkul pundakku "mianhae, hari ini aku sudah ada janji dengan temanku jadi aku tidak bisa menemanimu makan siang" sahutku datar "nuguseyo?" tanya Kyu An menatapku dengan tajam "kau ini, apa semua temanku harus kau kenal?" sahutku kini menatap kedua matanya "ani, tapi kenapa kau lebih mementingkan temanmu itu dibandingkan aku?" Kyu An memanyunkan bibirnya "anio! bukan aku mementingkan dia, tapi aku sudah lama tak bertemu dengannya dan hanya hari ini saja aku bisa bertemu dengannya" ujarku "ah ne, baiklah" sahut Kyu An lalu bergegas keluar meninggalkan ruanganku.
Jam makan siang, aku segera berangkat ke sebuah kafe. Di sana sudah ada seorang teman sekaligus mantan asistenku yang sudah menantiku. Setelah lima belas menit aku mengendarai mobilku akhirnya aku sampai di kafe tersebut, aku berlari menuju ke dalam. Aku memerhatikan ke segala arah, mencari sosok tersebut "Sang Joon Kwajangnim" seseorang memanggilku dari jauh seraya melambaikan tangannya memberitahu keberadaannya "ahjussie!" seruku segera berlari menghampirinya. "Annyeong ahjussie" sapaku membungkuk "annyeong kwajangnim! kau semakin tampan rupanya" balas Ahjussie Kang tersenyum sumringah "ahjussie kau bisa saja!" sahutku tersipu "silahkan duduk, waktu kita tidak banyak!" sahutku seraya duduk di salah satu bangku menghadap mantan asistenku yang sudah kuanggap sebagai ahjussieku sendiri "ne, aku tahu kau orang sibuk jadi aku pun tidak meminta waktu banyak.. hahaha" balas ahjussie tertawa. Kamipun berbincang-bincang sembari makan hidangan makan siang kami, kami benar-benar saling merindukan satu sama lain. Rencananya kami adalah ahjussie kembali menjadi orang kepercayaanku di kantor hanya saja kini aku menaruhnya di posisi kepala pelayan bukan sebagai asistenku seperti dulu.
Setelah bertemu dengan ahjussie, aku kembali ke kantor untuk menemui investor Jepang. Aku berdiskusi dengan investor Jepang yang bernama Hiromasa tersebut di dalam ruang rapat, kami membicarakan beberapa poin untuk mecapai satu kesepakatan. Setelah selesai rapat dengannya, aku kembali ke ruanganku. Aku meluruskan kakiku di atas meja, aku mencoba memejamkan kedua mataku yang lelah. Aigho! jantungku, kenapa jantungku kembali sakit "sakit, jantungku!" keringat dingin membasahi tubuhku, aku panik mencari botol obatku. "Kemana obatku?" aku semakin merasakan sakit yang hebat, aku tak mampu mengatur napasku, pandanganku gelap. Bluukkk.... aku terjatuh.
Dalam posisi tersungkur di lantai, aku masih bisa mendengar suara jejak langkah seseorang yang memasuki ruanganku namun aku sudah tak sanggup membuka mataku "Sang Joon?" suara Kyu An terdengar samar.
Sang Joon's POV End
***
Kyu An's POV
Setelah usai menemani tunanganku rapat dengan salah satu investor, aku pun melangkahkan kaki menuju toilet. Aku ingin memeriksa penampilanku siang ini, masih tampak cantik. "Naneun yeoppo yeoja (aku wanita cantik)" sahutku menatap cermin "Sang Joon, beruntung sekali kau bisa mendapatkanku" aku kembali bergumam seraya tersenyum dengan bayanganku dicermin. Selesai memeriksa penampilanku, aku berniat menemui Sang Joon di ruangannya, karena sesuai list kegiatannya saat ini ia tak punya jadwal apapun jadi aku rasa kami bisa bermesraan di sana.
Aku melangkah menuju ruangannya, ku pegang gagang pintu tersebut "Sang Joon?" sahutku tersentak melihat Sang Joon sudah tersungkur di lantai "Sang Joon ah! ireona! (Sang Joon bangun!)" sahutku berusaha menyadarkannya dengan memukul ringan kedua pipinya, namun usahaku sia-sia. Aku harus memanggil ambulan, aku mengambil ponselku lalu mencari nomor Rumah Sakit langganan Sang Joon, aku pun segera menelpon ke pihak Rumah Sakit tersebut.
Dua puluh menit kemudian, aku sudah berada di depan ruang UGD. Menunggu Sang Joon diperiksa, perasaanku benar-benar cemas acap kali melihat penyakitnya kambuh. Aku menelpon halmoni "yoboseyo halmoni" sapaku "ne halmoni, dia sedang di UGD saat ini! Ne aku menunggumu" sahutku lalu menutup telepon. Selang beberapa menit, Dokter keluar dengan dua susternya lalu menyuruhku untuk menemani Sang Joon di dalam. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa hari mulai gelap sementara aku dan halmoni masih belum bisa melihat Sang Joon terbangun. Dokter menyuruhku dan halmoni pulang untuk beristirahat karena jam besuk pun sudah habis. Aku dan halmonipun pulang, meninggalkan Sang Joon dengan penuh rasa khawatir.
Kyu An's POV End
***
Sang Joon's POV
Perlahan aku membuka mataku, aku masih bisa merasakan sakit di bagian jantungku. Ketika berhasil membuka mata, seorang perawat menghampiriku "Tuan, kau siuman?" sahut perawat tersebut menatapku "tunggu sebentar ya Tuan, aku panggilkan Dokter" sahutnya kembali lalu meninggalkanku pergi. Tak lama kemudian perawat itu kembali ke kamarku bersama dengan Dokter pribadiku "annyeong Sang Joon ah" sapanya membungkukkan badannya padaku "annyeong" jawabku lirih "biar kuperiksa sebentar keadaanmu ya tuan" serunya kuanggukkan. Setelah memeriksa keadaanku, ia pun mulai membicarakan keadaanku "Sang Joon ah, Joseumnida! aku harus beritahu keadaanmu" sahutnya membuatku khawatir "ne gwenchanayo" sahutku "keadaanmu semakin memburuk, kau harus segera mendapatkan donor jantung yang tepat jika tidak kupastikan hidupmu tak bisa bertahan lebih lama" ujarnya membuatku sedikit terkejut "bagaimana ini? apa aku harus menjalani pengobatan dan operasi di sini?" tanyaku ingin mendapat kejelasan lebih "kurasa tidak, tuan harus melakukan semua itu di Amerika, karena peralatan medis kami masih kurang lengkap tuan" sahut Dokter itu membuatku semakin bingung "ne araho, gomapseumnida atas infonya Dok" sahutku "ne cheonmaneyo tuan, istirahatlah yang cukup! Saya permisi tuan" sahutnya lalu meninggalkanku.
Aigho, aku tidak mungkin meninggalkan pekerjaanku! Tapi aku juga tidak ingin sakit seperti ini, aku harus bagaimana. Aku berpikir keras mencari solusinya, hingga akhirnya aku terpikirkan sesuatu "ah ne, namja berandal itu" aku tersenyum licik menemukan solusinya "benar! bukankah wajahku dengannya itu mirip? Bagaimana jika ia menggantikanku sementara? Apa akan ada yang bisa membedakan kami?" sahutku benar-benar ingin mewujudkan ide gilaku.
Tiga Hari Kemudian
Aku sudah bisa pulang dari Rumah Sakit, namun tak ada satu orangpun yang mengetahui kabar kepulanganku. Aku sengaja merahasiakan dari siapapun, karena aku ingin mencari namja berandal itu hari ini. Aku menyusuri setiap jalan di Gangman menggunakan taksi, aku melihat namja tersebut keluar dari salah satu gang dengan mengendarai sepeda. "Ahjussie berhenti disini!" sahutku pada sopir taksi tersebut lalu membayar tarifnya dan berlari menemui namja itu "tunggu!" teriakku menghentikan namja itu, ia menoleh ke arahku "annyeong! kau masih ingat padaku?" sapaku berusaha baik padanya "tentu saja, ada apa kau menemuiku?' tanya namja itu menatapku sinis "bisa kita bicara sebentar?" kataku menatapnya penuh harap.
"bicara saja!" sahut namja itu jutek "tidak di sini, kau bisa ikut denganku sebentar?" sahutku menggelengkan kepalaku "museun suriya? (apa maksudmu?)" tanya namja itu "yang ingin kubicarakan denganmu cukup panjang jadi tidak bisa dibicarakan di pinggir jalan begini" sahutku berusaha menjelaskannya "lalu bagaimana dengan daganganku? aku harus berjualan, jika tidak aku akan dimarahi ahjussie" sahut namja itu "tenang saja! aku akan bayar semua daganganmu, eottokhae?" sahutku tersenyum padanya "mworago? (apa katamu?" namja ini benar-benar melatih kesabaranku "aku akan membayar semua daganganmu asalkan kau mau ikut denganku. Eottokhae?" uajrku mempertegas maksudku "jeongmal?" ku lihat guratan bahagia di wajahnya "ne" sahutku "geureyo, aku mau ikut denganmu" aku berhasil membujuk namja yang belum ku ketahui namanya itu ikut bersamaku. Akupun pergi bersama dengan namja asing tersebut, sementara ia menitipkan sepedanya di salah satu penitipan kendaraan.
Sang Joon's POV End
TBC
Eottkhae? Chapter ini seru tak??? Kira-kira apa ya ide gilanya Sang Joon?? dan dia mau apakan Hyun Seok ya???? Penasaran??? Tunggu jawabannya di Chapter selanjutnya ne!! RCLnya author tunggu selalu... Gomawoyo ^^