"Dokter... Terjadi kecelakaan yang mengerikan. Orang bisu... Tidak! Maksudku Putra Si Wal itu mengalami kecelakaan . Dia berguling dengan alat pertanian dan dia bersimbah penuh darah."
Pasien itu kondisinya lebih buruk dari yang aku pilirkan. Di jalan yang tidak ada cahaya dan kecelakaan yang mengerikan ini terjadi setelah dia meminum alkohon dan kemudian menyetir kendaraan, terguling di sawah dan pasti bagian handle itu menghantam bagian perutnya dengan sangat keras sehingga merobek perutnya dan darah pun keluar dengan sangat banyak. Keadaan seperti ini walaupun di pindahkan ke rumah sakit besar, tanpa keraguan lagi pasien ini pasti akan meninggal.
Aku lebih baik menjahit pembuluh darahnya.
Wajah Ha Ni sangat pucat, seperti dia baru pertama kali melihat darah.
"Eh... Oh..."
Di depan anaknya yang sudah kehilangan kesadarannya, Ibu yang bisu itu pun berteriak histeris seperti memohon kehidupan anaknya kembali.
"Dokter!! Kumohon selamatkan putraku. Dia mengatakan akan tinggal dengan Ibunya di Pulau ini... Benar-benar menyedihkan."
Tangisan yang sedih itu tidak keluar dari mulutnya. Ibu itu hanya menangis di depan anaknya saat anaknya dalam keadaan kritis dan tangisan itu menghantam hatiku.
Setelah memutuskan operasi, semuanya pun menjadi sangat mendesak.
Sebelum terkejut dengan keadaan pasien yang bersimpah darah, pendarahan ini harus lebih dulu di hentikan.
Pertama adalah dengan doa, kemudian mencari pembuluh darah yang akan dipilih dan memberhentikan pendarahan ini.
Tetapi pembuluh darah itu tidak bisa aku temukan dan pendarahan pun tidak bisa dihentikan.
Daerah yang terluka itu sudah di penuhi dengan darah yang membuat sangat sulit di temukan pembuluh darahnya.
Kecemasan ini aku rasakan seperti di lilit oleh ular hitam.
"Larutan garam!!"
Aku tidak mendengar jawabannya.
"Larutan garam!! Ha Ni? Oh Ha Ni tolong bantu aku!!"
Saat aku memanggil Ha Ni, dia terlihat gemetar di sudut ruangan. Dia membawakan larutan garam itu dengan terburu-buru dan pada akhirnya lautan itu tumpah ke lantai.
Aku berfikir bahwa hal yang pertama harus kulakukan adalah memberikan kepercayaan diri pada Ha Ni.
"Lakukan apa yang aku pinta dengan tenang dan tertib. Maka tidak akan ada masalah. Percayalah padaku. Pertama ambil larutan garam dan cucilah bagian yang terluka itu. Karena itu kita perlu mengetahui bagian mana yang mengeluarkan begitu banyak darah ini."
Mendengar suaraku, Ha Ni pun mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan melakukan semuanya dengan baik.
Pengalaman di ruang operasi rumah sakit umum pun datang ke pikiranku.
Dengan tenang dan tertib pun aku mulai menjahit pembuluh darah itu.
Dan akhirnya operasi ini berakhir.
Setelah mengirimkan pasien ke helicopter penyelamat dalam kondisi yang mulai stabil, kekutanku pun perlahan hilang.
Bahkan aku tidak menyadari bahwa aku sudah terduduk jatuh di lorong rumah sakit.
Hal ini benar-benar membutuhkan kepercayaan diri... Tapi kepercayaan itu.... aku ketakutan.
Dengan takut aku duduk dan tanganku gemetar. Menjahit pembuluh darah adalah perawatan yang memerlukan kerja keras.
Ketegangan itu pun berubah menjadi kekuatan pada bahuku sehingga aku mulai percaya diri.
Selain itu... Satu keputusan menyelamatkan kehidupan seseorang ada di tanganku dan itu adalah merupakan beban berat yang menekan hatiku ini. Tapi jika kau melihat kejadian itu, menyelamatkan pasien tanpa agitasi itu pun tidak akan mungkin tersembunyi.
Setelah menyelamatkan kehidupan seseorang dengan tanganku ini, jujur saja aku merasa sangat senang sekali. Perasaan ini sulit di rangkai dalam kata-kata yang tidak bisa aku gambarkan. Untuk saat ini aku benar-benar merasa bahwa aku telah belajar banyak bertahun-tahun.
"Bukankah itu sulit? Tapi bagaimanapun juga kau melakukan yang terbaik."
Ha Ni bersandar ke bahuku. Hatiku pun merasa hangat.
"Ha Ni, ini semua karenamu. Karenamu lah aku menemukan ini, mimpiku... semua karena kau yang membuatnya. Orang yang membuatku nyaman itu adalah orang yang aku sukai."
Bahkan orang jenius pun takut dengan masa depannya. Aku menemukan jalanku ini karena kau yang menunjukannya. Untuk pengalaman yang kau berikan ini, bahkan kau tidak tahu bahwa kau bisa melakukan ini semua. Semua penderitaan dan air mata ini... Karena kau lah aku menjadi dokter.
Seseorang yang tidak pernah menyembunyikan cintanya.
Seseorang yang seperti itu adalah istriku...
Seseorang yang hangat itu tidak akan mungkin aku temui di dunia ini...
Ini benar-benar luar biasa.
Pasien itu kondisinya lebih buruk dari yang aku pilirkan. Di jalan yang tidak ada cahaya dan kecelakaan yang mengerikan ini terjadi setelah dia meminum alkohon dan kemudian menyetir kendaraan, terguling di sawah dan pasti bagian handle itu menghantam bagian perutnya dengan sangat keras sehingga merobek perutnya dan darah pun keluar dengan sangat banyak. Keadaan seperti ini walaupun di pindahkan ke rumah sakit besar, tanpa keraguan lagi pasien ini pasti akan meninggal.
Aku lebih baik menjahit pembuluh darahnya.
Wajah Ha Ni sangat pucat, seperti dia baru pertama kali melihat darah.
"Eh... Oh..."
Di depan anaknya yang sudah kehilangan kesadarannya, Ibu yang bisu itu pun berteriak histeris seperti memohon kehidupan anaknya kembali.
"Dokter!! Kumohon selamatkan putraku. Dia mengatakan akan tinggal dengan Ibunya di Pulau ini... Benar-benar menyedihkan."
Tangisan yang sedih itu tidak keluar dari mulutnya. Ibu itu hanya menangis di depan anaknya saat anaknya dalam keadaan kritis dan tangisan itu menghantam hatiku.
Setelah memutuskan operasi, semuanya pun menjadi sangat mendesak.
Sebelum terkejut dengan keadaan pasien yang bersimpah darah, pendarahan ini harus lebih dulu di hentikan.
Pertama adalah dengan doa, kemudian mencari pembuluh darah yang akan dipilih dan memberhentikan pendarahan ini.
Tetapi pembuluh darah itu tidak bisa aku temukan dan pendarahan pun tidak bisa dihentikan.
Daerah yang terluka itu sudah di penuhi dengan darah yang membuat sangat sulit di temukan pembuluh darahnya.
Kecemasan ini aku rasakan seperti di lilit oleh ular hitam.
"Larutan garam!!"
Aku tidak mendengar jawabannya.
"Larutan garam!! Ha Ni? Oh Ha Ni tolong bantu aku!!"
Saat aku memanggil Ha Ni, dia terlihat gemetar di sudut ruangan. Dia membawakan larutan garam itu dengan terburu-buru dan pada akhirnya lautan itu tumpah ke lantai.
Aku berfikir bahwa hal yang pertama harus kulakukan adalah memberikan kepercayaan diri pada Ha Ni.
"Lakukan apa yang aku pinta dengan tenang dan tertib. Maka tidak akan ada masalah. Percayalah padaku. Pertama ambil larutan garam dan cucilah bagian yang terluka itu. Karena itu kita perlu mengetahui bagian mana yang mengeluarkan begitu banyak darah ini."
Mendengar suaraku, Ha Ni pun mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan melakukan semuanya dengan baik.
Pengalaman di ruang operasi rumah sakit umum pun datang ke pikiranku.
Dengan tenang dan tertib pun aku mulai menjahit pembuluh darah itu.
Dan akhirnya operasi ini berakhir.
Setelah mengirimkan pasien ke helicopter penyelamat dalam kondisi yang mulai stabil, kekutanku pun perlahan hilang.
Bahkan aku tidak menyadari bahwa aku sudah terduduk jatuh di lorong rumah sakit.
Hal ini benar-benar membutuhkan kepercayaan diri... Tapi kepercayaan itu.... aku ketakutan.
Dengan takut aku duduk dan tanganku gemetar. Menjahit pembuluh darah adalah perawatan yang memerlukan kerja keras.
Ketegangan itu pun berubah menjadi kekuatan pada bahuku sehingga aku mulai percaya diri.
Selain itu... Satu keputusan menyelamatkan kehidupan seseorang ada di tanganku dan itu adalah merupakan beban berat yang menekan hatiku ini. Tapi jika kau melihat kejadian itu, menyelamatkan pasien tanpa agitasi itu pun tidak akan mungkin tersembunyi.
Setelah menyelamatkan kehidupan seseorang dengan tanganku ini, jujur saja aku merasa sangat senang sekali. Perasaan ini sulit di rangkai dalam kata-kata yang tidak bisa aku gambarkan. Untuk saat ini aku benar-benar merasa bahwa aku telah belajar banyak bertahun-tahun.
"Bukankah itu sulit? Tapi bagaimanapun juga kau melakukan yang terbaik."
Ha Ni bersandar ke bahuku. Hatiku pun merasa hangat.
"Ha Ni, ini semua karenamu. Karenamu lah aku menemukan ini, mimpiku... semua karena kau yang membuatnya. Orang yang membuatku nyaman itu adalah orang yang aku sukai."
Bahkan orang jenius pun takut dengan masa depannya. Aku menemukan jalanku ini karena kau yang menunjukannya. Untuk pengalaman yang kau berikan ini, bahkan kau tidak tahu bahwa kau bisa melakukan ini semua. Semua penderitaan dan air mata ini... Karena kau lah aku menjadi dokter.
Seseorang yang tidak pernah menyembunyikan cintanya.
Seseorang yang seperti itu adalah istriku...
Seseorang yang hangat itu tidak akan mungkin aku temui di dunia ini...
Ini benar-benar luar biasa.
0 comments:
Post a Comment